"Program pompanisasi di sawah tadah hujan telah berhasil meningkatkan produksi beras selama tiga bulan berturut-turut. Sejumlah 60.332 unit pompa dan 5.262 unit irigasi perpompaan direalisasikan untuk meningkatkan produktivitas dan menyelamatkan pertanaman dari ancaman kekeringan karena keterlambatan tanam akibat perubahan iklim," ucapnya.
Amran mengatakan peran restorasi sumber daya air menjadi semakin vital, begitu pula dengan penerapan teknologi pertanian cerdas iklim, terlebih berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi kenaikan produksi beras pada bulan Agustus 2024 sebesar 2,84 juta ton, September 2,87 juta ton dan Oktober 2,59 juta ton, jika dibandingkan dengan tahun 2023 pada bulan yang sama.
Restorasi Sumber Daya Air dan Iklim di sektor pertanian, katanya, dimaksudkan untuk menyesuaikan, merekayasa, mengevaluasi dan memonitor sumber daya air dan iklim secara komprehensif dan berkelanjutan, berbasis kawasan dan masyarakat pertanian.
"Restorasi sumber daya air dan iklim diarahkan pada perbaikan ekosistem yang berperan dalam penyediaan jasa lingkungan melalui pengembangan pertanian terpadu," ujarnya.
Lebih lanjut, kata dia, Presiden Prabowo telah mencanangkan bahwa Indonesia harus segera swasembada pangan, paling lambat 4-5 tahun dan siap menjadi lumbung pangan dunia 2045.
Karenanya, Kementerian Pertanian memiliki strategi menuju kemandirian pangan atau swasembada pangan, yaitu ekstensifikasi yang dilakukan dengan pencetakan sawah baru seluas tiga juta hektar selama kurun waktu tiga tahun.
Kemudian, intensifikasi untuk optimalisasi lahan melalui peningkatan indeks penanaman padi, menjamin ketersediaan benih unggul bersertifikat, pengendalian OPT, penggunaan mekanisasi pertanian modern seperti urban farming.
Ahli meteorologi dan pertanian kumpul di Bandung rumuskan kemandirian pangan
Kamis, 31 Oktober 2024 14:15 WIB