Pemerintah Kabupaten Majalengka Jawa Barat berupaya menurunkan angka stunting di wilayahnya melalui berbagai langkah strategis, salah satunya dengan mengerahkan petugas gizi di setiap puskesmas.
“Petugas gizi bekerja untuk memantau kondisi anak-anak di setiap kecamatan, kemudian melaporkan langkah intervensi dini yang diperlukan dalam upaya pencegahan stunting,” kata Ketua Tim Kerja Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Majalengka Asri Febriantini di Majalengka, Selasa.
Baca juga: Pemkab Majalengka menganggarkan Rp4,2 miliar untuk pembangunan gedung PMI
Baca juga: Pemkab Majalengka menganggarkan Rp4,2 miliar untuk pembangunan gedung PMI
Ia menjelaskan, saat ini pada setiap puskesmas di Majalengka sudah memiliki satu hingga tiga petugas gizi, yang bertugas melakukan penimbangan dan pengukuran balita secara rutin setiap bulan.
Menurutnya, petugas tersebut juga ikut dilibatkan untuk menangani faktor penyebab stunting lainnya, seperti balita yang terkena penyakit.
“Misalnya ditemukan anak dengan masalah kesehatan seperti infeksi Tuberkulosis -TB-, petugas gizi bisa berkonsultasi dengan petugas program TB di puskesmas, dan jika perlu merujuknya ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut,” kata Asri.
Selain petugas gizi, lanjutnya, Pemkab Majalengka juga telah membentuk tim updater data beranggotakan 21 orang yang bekerja untuk memperbaharui data balita di desa-desa yang menjadi fokus penanganan stunting.
Asri mengatakan, data tersebut nantinya dilaporkan ke sistem nasional, sebagai bahan rujukan untuk penanganan stunting.
Ia menyebutkan, hingga Oktober 2024, progres pelaporan tim updater data itu sudah mencapai 96,29 persen, dan menjadikan Kabupaten Majalengka menduduki peringkat ketiga tertinggi di Jawa Barat dalam hal pelaporan data stunting.