Pemerintah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, bersama Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum melanjutkan pembangunan breakwater (pemecah gelombang) di Kecamatan Kandanghaur untuk melindungi lahan pertanian dari ancaman banjir rob dan intrusi air laut.
Bupati Indramayu Nina Agustina dalam keterangannya di Indramayu, Senin, mengatakan bahwa banjir rob dan abrasi pantai menjadi masalah serius bagi daerah-daerah pesisir, termasuk Kabupaten Indramayu.
Baca juga: Indramayu bangun rumah subsidi guna relokasi korban banjir rob
Baca juga: Indramayu bangun rumah subsidi guna relokasi korban banjir rob
Ia menyebutkan banjir rob tidak hanya merusak permukiman warga, tetapi juga berdampak langsung pada lahan pertanian, infrastruktur dan fasilitas umum.
Di wilayah Kecamatan Kandanghaur, menurut dia, terdapat 382 hektare sawah yang terkena banjir rob dan akibatnya lahan tersebut tidak bisa ditanami padi karena terpapar air asin.
“Pembangunan breakwater ini sangat penting, mengingat dampak dari banjir rob yang merendam lahan sawah ini cukup berdampak pada produktivitas padi di Kabupaten Indramayu," ujarnya.
Selain lahan sawah, Nina mengatakan banjir rob juga kerap merendam sekolah-sekolah dan permukiman warga di kawasan tersebut.
Dengan pembangunan breakwater ini, kata dia, produktivitas pertanian dapat pulih, serta warga bisa tinggal tanpa rasa khawatir akan ancaman banjir rob.
“Pembangunan breakwater ini merupakan hasil sinergi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Usulan tersebut disampaikan oleh pemerintah daerah dan direalisasikan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui dukungan DPR RI,” tuturnya.
Nina mengemukakan pembangunan breakwater di Kecamatan Kandanghaur telah berlangsung secara bertahap sejak 2019, dimulai dari Pantai Desa Ujunggebang sepanjang 150 meter, kemudian di Desa Eretan Kulon sepanjang 1.280 meter pada 2021.