Istanbul (ANTARA) - Rusia mengutuk keras beberapa ledakan pager atau penyeranta elektronik di Lebanon yang menewaskan sedikitnya sembilan orang dan melukai banyak lainnya dan menyebut kejadian itu sebagai tindakan perang hibrida lainnya.
“Kami menganggap insiden ini sebagai tindakan perang hibrida melawan Lebanon yang telah berdampak pada ribuan orang tak berdosa,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova dalam sebuah pernyataan, Rabu.
Rusia, lanjutnya, mengutuk keras serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Lebanon dan warganya yang merupakan pelanggaran berat terhadap kedaulatannya dan merupakan tantangan serius terhadap hukum internasional dengan menggunakan senjata non-konvensional.
Pada Selasa (16/9), sembilan orang tewas dan ratusan lainnya terluka di ibu kota Lebanon, Beirut dan wilayah lain di negara itu setelah perangkat komunikasi nirkabel, yang dikenal sebagai penyeranta, meledak. Pemerintah Lebanon menuduh Israel berada di balik kejadian tersebut.
Zakharova mengatakan bahwa para penyelenggara serangan itu dengan sengaja berupaya memicu konfrontasi bersenjata skala besar dan berupaya memprovokasi perang besar di Timur Tengah.
Dia lebih lanjut mengatakan tindakan tidak bertanggung jawab tersebut mempunyai konsekuensi yang sangat berbahaya karena semakin meningkatkan ketegangan di wilayah perbatasan Israel-Lebanon.
Pejabat Rusia itu turut menekankan pentingnya penyelidikan komprehensif untuk membawa pelaku ke pengadilan sehingga aksi terorisme lainnya tidak terselubung, seperti yang coba dilakukan negara-negara Barat dengan penyelidikan ledakan pipa gas Nord Stream pada 2022 lalu.