Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cirebon, Jawa Barat, mengerahkan kader juru pemantau jentik (jumantik) pada setiap desa sebagai upaya untuk mengurangi jumlah populasi nyamuk penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD).
“Kami mengintensifkan kembali program ini karena penanganan itu bukan hanya urusan Dinas Kesehatan (Dinkes), semua pihak harus bergerak bersama,” kata Penjabat (Pj) Bupati Cirebon Wahyu Mijaya di Cirebon, Selasa.
Baca juga: Dinkes Cirebon tangani 496 pasien DBD sampai April
Baca juga: Dinkes Cirebon tangani 496 pasien DBD sampai April
Ia menjelaskan penanganan DBD saat ini menjadi prioritas, karena jumlah penderita penyakit tersebut tergolong banyak di Kabupaten Cirebon.
Pihaknya mencatat sampai minggu ke-35 pada 2024 terdapat 1.400 kasus DBD yang sudah ditangani oleh Dinkes Kabupaten Cirebon, dengan enam pasien dinyatakan meninggal dunia.
“Maka dari itu kami berupaya untuk mengerahkan kader jumantik supaya populasi dan kasus DBD di Kabupaten Cirebon menurun,” ujarnya.
Wahyu mengatakan program jumantik dilaksanakan di tingkat desa atau kelurahan. Nantinya para kader secara rutin memeriksa lokasi yang berpotensi menjadi sarang nyamuk, seperti genangan air di bak mandi, pot bunga, talang air, dan wadah lainnya.
Selain memantau, kata dia, kader jumantik juga bertugas memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan agar terhindar dari penyakit yang disebabkan nyamuk Aedes aegypti.
“Tujuannya agar masyarakat bersama kader jumantik bisa mencegah sebaran sarang nyamuk di sekitar tempat tinggalnya. Minimal tidak ada populasi nyamuk,” ujarnya.
Tidak hanya DBD, Wahyu menyampaikan kini pihaknya terus berkoordinasi dengan berbagai instansi terkait untuk menangani permasalahan kesehatan di Kabupaten Cirebon, seperti tuberkulosis (TB), stunting, kematian ibu dan anak, hingga penyakit menular.
“Kami berharap ada sinergi antar-pihak agar proses penanganan lebih optimal, terutama dalam pemetaan masalah di setiap kecamatan sehingga inovasi penanganan dapat segera dilakukan,” tuturnya.