Bandung (ANTARA) - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyampaikan perkembangan perkeretaapian Indonesia pada para perwakilan operator kereta negara-negara ASEAN dalam ASEAN Railway CEO (ARCEOs) Conference ke-44 di Bandung.
Dalam sambutannya, Selasa, Budi menceritakan bahwa saat ini Indonesia sedang mengalami perkembangan yang sangat signifikan di sektor perkeretaapian dengan beroperasinya Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh.
Baca juga: Jumlah penumpang kereta cepat Whoosh mencapai 4,2 juta orang
Kemudian dalam hal perkeretaapian perkotaan, Indonesia tengah berupaya memperluas jaringan MRT dengan pembangunan yang sedang berlangsung, ditambah LRT Jabodebek, dan yang terbaru adalah Autonomous Rail Transit di Nusantara sebagai Ibu Kota Negara berikutnya.
Jalur-jalur ini, kata dia, akan melengkapi jaringan kereta api perkotaan yang ada di Jakarta dan diharapkan dapat menjadi solusi yang sangat baik bagi mobilitas masyarakat.
"Saya sangat yakin bahwa pembangunan sektor perkeretaapian kita masih berada di jalur yang tepat menuju masa depan yang gemilang. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan momentum kesempatan hari ini untuk membina kerja sama dan membangun hubungan yang lebih erat guna meningkatkan hal ini," kata Budi.
Budi berharap kegiatan selama empat hari (2-5 September 2024) yang dibuka olehnya bersama CEO PT KAI (Persero) Didiek Hartantyo dan Pj Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin, seluruh peserta yang hadir bisa memberikan masukan-masukan yang sangat berharga bagi pengembangan sektor transportasi ASEAN, khususnya perkeretaapian.
Di lokasi yang sama, Didiek Hartantyo mengungkapkan bahwa keluaran dari ARCEOs’ Conference ke-44 ini adalah untuk memperkuat hubungan dan kerja sama antara operator perkeretaapian dan para pelaku industrinya di ASEAN.
Didiek menegaskan bahwa, dengan bersama mereka dapat mencapai sesuatu yang lebih banyak dan benar-benar mewujudkan semangat ASEAN yakni saling menguntungkan, kesuksesan bersama, da ketahanan bersama atas berbagai tantangan yang datang.
"Tahun ini, tema kita adalah 'Driving Sustainability with Digital Innovation'. Kami meyakini tema ini berangkat dari tantangan global yang kita hadapi, termasuk kebutuhan mendesak untuk mengatasi perubahan iklim, meningkatkan efisiensi operasional, dan memenuhi kebutuhan meningkatnya permintaan akan pilihan transportasi yang lebih berkelanjutan. Apalagi perkembangan teknologi dan perubahan permintaan pelanggan memainkan peran penting dalam pembentukan fokus kita," ucap Didiek.
Terlebih, melalui Konferensi perubahan iklim 2023 (COP28), menandai titik balik bagi Asia Tenggara, dengan hampir seluruh negara ASEAN berkomitmen terhadap net zero emission yang mencakup 91 persen keluaran karbon di wilayah tersebut, yang untuk perkeretaapian, hal ini diterjemahkan menjadi sebuah urgensi untuk menyelaraskan operasi dengan tujuan tersebut.