Maluku Utara dan Sulawesi Tengah, yang merupakan penghasil nikel terbesar, mencatatkan pertumbuhan ekonomi tertinggi pada 2023, masing-masing sebesar 20,49 persen dan 11,91 persen.
Maluku Utara dan Sulawesi Tengah saat ini menjadi magnet bagi investor karena dua provinsi tersebut merupakan penghasil nikel terbesar di Indonesia.
Kontribusi sektor pertambangan nikel terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dilihat dari besarnya aliran investasi asing langsung (FDI) yang masuk. Pada 2023, Maluku Utara dan Sulawesi Tengah menjadi tujuan utama investasi asing, terutama di sektor pertambangan.
Indonesia menerima sekitar 50 miliar dolar AS FDI pada 2023. Tiga provinsi penerima FDI terbesar adalah Jawa Barat dengan 8,3 miliar dolar AS, Sulawesi Tengah dengan 7,2 miliar dolar AS, dan Maluku Utara dengan 5,0 miliar dolar AS.
Meskipun investasi yang masuk sangat besar, tingkat kemiskinan masyarakat di daerah tersebut belum turun secara signifikan. Idealnya, peningkatan investasi dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah dibarengi dengan peningkatan indikator kesejahteraan masyarakat setempat.
Data BPS menunjukkan penurunan tingkat kemiskinan di Sulawesi serta Maluku dan Papua selama 10 tahun pemerintahan Jokowi.
Pada Maret 2024, persentase penduduk miskin mencapai 9,03 persen secara nasional, dengan tingkat kemiskinan di Sulawesi 9,59 persen, Maluku dan Papua 19,39 persen, Sulawesi Tengah 11,77 persen, dan Maluku Utara 6,32 persen.
Sebagai perbandingan, pada Maret 2014, persentase penduduk miskin adalah 11,25 persen. Tingkat kemiskinan terbesar berada di Maluku dan Papua (23,15 persen), sementara di Sulawesi 11,71 persen, dengan Sulawesi Tengah 13,93 persen dan Maluku Utara 7,30 persen.