Faisal mengatakan pembangunan ekonomi yang semakin merata dapat menggerakkan perekonomian daerah, salah satunya melalui penyerapan tenaga kerja.
Namun, ia menekankan perlunya upaya lebih untuk memastikan bahwa pembangunan ekonomi dapat dirasakan oleh masyarakat melalui penyerapan tenaga kerja.
Kualitas sumber daya manusia harus ditingkatkan agar dapat mendukung proyek investasi yang masuk ke daerah. Program pelatihan harus terhubung dengan investasi yang ada sehingga tenaga kerja lokal dapat langsung terserap oleh industri.
Namun, dalam praktiknya, hal ini jarang terjadi. Akibatnya, banyak proyek investasi, seperti pembangunan smelter, lebih banyak menyerap tenaga kerja dari luar daerah.
“Sebetulnya ada banyak program pelatihan seperti Kartu Prakerja, tetapi program ini berjalan sendiri-sendiri dan tidak terhubung dengan investasi yang masuk,” ujar Faisal.
Jika mau membangun pabrik di Jawa Timur, misalnya, supaya bisa menyerap tenaga kerja lokal maka tenaga kerjanya harus disiapkan. Persiapan berarti harus ada training dulu, atau pusat pelatihan atau lembaga pendidikan yang kurikulumnya sesuai dengan investasi yang akan dibangun sehingga ketika mereka sudah lulus dari lembaga pendidikan, bisa langsung diserap oleh industri.
Untuk mewujudkan cita-cita Indonesia-sentris dan menciptakan pertumbuhan yang lebih merata, perlu adanya sinergi yang lebih terarah antara pembangunan infrastruktur, investasi, dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
Oleh karena itu, Pemerintah dan pemangku kepentingan harus terus bekerja sama untuk memastikan bahwa setiap pembangunan infrastruktur maupun proyek investasi tidak hanya meningkatkan perekonomian regional, tetapi juga secara langsung meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Editor: Achmad Zaenal M
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Capaian 10 tahun pemerintahan Jokowi dan cita-cita Indonesia-sentris