Struktur yang menyerupai kolam ikan tersebut, adalah kolam retensi yang berfungsi menampung dan meresapkan air hujan limpahan dari tangki kedua.
Kemudian limpasan air yang tak terserap di lahan parkir terbuka, air talang dari atap lahan parkir tertutup, atau yang jatuh langsung ke dalam kolam itu sendiri.
Sementara di halaman belakang, Hadi membuat kolam retensi juga yang dikamuflase sebagai taman, dengan sistem merendahkan lahan sekitar 10-15 sentimeter dari ketinggian lantai rumah dan membuat jalur airnya.
"Jadi saya menggunakan konsep Rain Water Harvest (Panen Air Hujan) dengan titik kuncinya adalah atap yang terpusat. Dengan sistem ini, saya bisa katakan bahwa tidak ada setitik pun air dari limpasan hujan ke luar dari rumah saya, yang artinya ini memiliki fungsi konservasi air tanah," ujar Hadi.
Bahkan, dengan sistem yang dibangunnya sedemikian rupa, Hadi juga mengatakan rumah miliknya mampu melakukan penghematan air perpipaan (PDAM), di mana 30 persen kebutuhan air di rumah tersebut telah terpenuhi oleh air hujan.
Hansip Cai
Sistem yang dibangun pada rumah Hadi di Arcamanik tersebut, secara konsep bisa dibilang telah melakukan penahanan, penyimpanan dan pencadangan air hujan.
Sejak akhir tahun 2021 (Desember), Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat sendiri telah mencanangkan program dengan konsep menahan, menyimpan dan mencadangkan air yang disingkat dengan akronim "Hansip Cai".
Menurut Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi Jawa Barat, program ini bertujuan untuk kegiatan konservasi dan bagian dari mitigasi dengan mereduksi debit run-off air permukaan untuk penanganan banjir di Jawa Barat.
Hansip Cai dari Pemprov Jabar ini adalah pembangunan sumur resapan yang sampai 2024 ini telah terbangun 1.000 unit, di titik-titik aliran air yang bisa menggenangi beberapa kawasan seperti di Terowongan Cibaduyut, dan sekitar Cikadut, yang diharapkan juga dijalankan oleh semua pemangku kepentingan.