Pada awal program Citarum Harum di tahun 2018, Indeks Kualitas air (IKA) berada pada poin 33,43 meningkat dari sebelumnya 26,3, namun statusnya masih cemar berat. Indeks tersebut kemudian meningkat menjadi 40,67 pada 2019, lalu 55 pada 2020, kemudian turun ke 50.13 pada 2021. Pada 2022 meningkat menjadi 51,01 dan 2023 menjadi 50.78 dengan status cemar ringan.
Berdasarkan catatan dari Satgas Citarum Harum pada tahun 2023, dari 12 aspek yang ada, ada yang melebihinya dari target yakni aspek penegakan hukum dengan 584 dari target 455 kasus pengaduan, 65 dari target 29 kasus perdata/pidana dan 167 dari target 105 kasus sanksi administrasi, serta 11 dari enam kajian yang dimanfaatkan.
Kemudian, 46.055 hektare dari target 46.055 hektare tercakupnya pengendalian pemanfaatan ruang, aspek edukasi pemberdayaan masyarakat dengan 234 dari target 234 institusi pendidikan, 31 dari target 15 komunitas, dan 1.268 dari 870 pemberdayaan desa.
Sementara itu, aspek kehumasan dengan satu dari target satu command center, 282 dari target 341 titik manual dan 24 dari target 22 onlimo lokasi pemantauan kualitas air, dan 38 dari target empat media humas.
Dari aspek penanganan limbah industri dengan 1.607 dari target 1.304 industri dibina dan 960 dari 1.034 industri diinventarisasi. Aspek penanganan limbah domestik dengan 478.866 kepala keluarga (KK) dari target 430.831 KK yang dibina, serta aspek penanganan sumber daya air dan pariwisata dengan 19 persen dari target 22 persen luas genangan tersisa di segmen hulu, 2,7 meter kubik/detik dari 2,4 meter kubik/detik penambahan air baku, dan lima dari target lima lokasi destinasi wisata air.
Aspek yang belum tercapai adalah aspek penanganan lahan kritis yang terealisasi 33.811,63 hektare dari target 48.778,61 hektare, aspek pengelolaan sampah dengan 3.383,25 ton/hari dari target 4.814,85 ton/hari sampah terkelola, aspek penanganan limbah peternakan dengan 28.613 ekor dari target 36.624 ekor sapi yang terkelola limbahnya, serta aspek penanganan keramba jaring apung dengan terealisasi 24.928 unit dari 84.729 unit keramba yang ditertibkan.
Beberapa aspek dalam program Citarum Harum yang masih belum mencapai target itu, menurut Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, karena sangat terkait dengan aktivitas manusia, selain kondisi geologi, topografi dan alam juga memiliki pengaruh.
"Keberhasilan Citarum Harum ini adalah bagaimana menjaga lingkungan sekaligus perilaku manusia ke arah lebih baik. Dan ini tidak mudah, Korea itu sedikitnya butuh 40 tahun, Singapura pun demikian, di Indonesia hal itu merupakan program besar yang butuh waktu karena wilayah yang panjang dan luas, serta jumlah penduduk yang besar," ucap Kepala BBWS Citarum, Ir Bastari.