New York (ANTARA) - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan kekhawatirannya setelah Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyatakan bahwa pihaknya akan merespons serangan drone di Yordania, tetapi dia tak ingin memperluas perang di Timur Tengah, Selasa (30/1).
Serangan pesawat nirawak itu menghantam markas militer AS di Yordania dan menewaskan tiga tentara AS.
Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB Stephane Dujarric menanggapi pernyataan Biden itu dengan mengatakan bahwa PBB khawatir akan kemungkinan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
“Kami khawatir dengan pertempuran dan serangan-serangan yang terjadi di wilayah tersebut, termasuk di Suriah, Yordania, dan Irak,” ucapnya, seperti dikutip dalam laporan wartawan IRNA di markas PBB.
Menjelang pemilihan umum AS, Biden ditanya apakah dirinya telah memutuskan bagaimana AS akan merespons serangan tersebut, yang menewaskan tiga tentara AS dan melukai 40 lainnya di Yordania.
“Ya,” jawab Biden saat meninggalkan Gedung Putih untuk melakukan kampanye penggalangan dana pemilu di Florida. Dia menolak menjelaskan lebih lanjut.
Di waktu yang sama, Biden menjelaskan bahwa Washington tidak ingin “memperluas perang di Timur Tengah,” dan berkata, “bukan itu yang saya inginkan.”
Biden tidak menyatakan bahwa Iran bertanggung jawab secara langsung atas serangan ke markas militer AS itu, tetapi dia menyalahkan kelompok-kelompok perlawanan yang diklaim mendapat dukungan dari Iran. Tuduhan tersebut ditolak oleh Iran yang menyebutnya sebagai tuduhan tak berdasar.