Tokyo (ANTARA) - Gempa magnitudo 7,4 yang mengguncang perairan Semenanjung Noto, Prefektur Ishikawa, Jepang, pada Senin (1/1) menyebabkan sejumlah warga negara Indonesia (WNI) mengungsi ke Masjid Kanazawa.
Seorang WNI di Jepang, Dian Novitasari, melalui pesan singkat kepada Antara di Tokyo pada Senin mengatakan bahwa dia dan keluarganya memutuskan untuk mengungsi karena alarm peringatan terus menyala.
“(Peralatan) dapur tumpah semua, kaca rias pecah,” katanya.
Dian mengatakan dia dan keluarganya tidak berada di rumah saat gempa yang berpotensi tsunami itu melanda. Ketika tiba di tempat tinggal mereka di lantai 3, dia melihat barang-barang sudah berjatuhan ke lantai.
“Tadi saya pulang, mixer menyala berputar-putar, kaca-kaca terbuka sebagian, televisi semua jatuh ke lantai,” tambah dia.
Saat ini, dia bersama keluarga dan 12 orang lainnya mengungsi ke masjid tersebut yang lokasinya lebih tinggi daripada kawasan lainnya.
Ada juga WNI yang mengungsi di aula-aula publik milik pemerintah setempat, katanya.
Menurut Dian, karena tidak banyak barang di masjid tersebut, hanya buku-buku dan Al Quran yang jatuh ke lantai.
Guncangan dahsyat juga sempat dirasakan WNI di prefektur lain seperti Tottori.
Sejumlah WNI di Prefektur Toyama juga tengah mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.
Pemerintah setempat mengimbau agar pengungsi tetap di area pengungsian dan tidak boleh pergi ke tempat yang lebih rendah. Kapal-kapal terpantau sudah meninggalkan pelabuhan.
Saat ini masih terjadi gempa susulan dan berpotensi tsunami. Badan Meteorologi Jepang memperingatkan bahwa tinggi tsunami bisa mencapai lima meter.
Gelombang tsunami akibat gempa tersebut kemungkinan bisa menjangkau 300 kilometer dari pusat gempa.
Hingga kini, Kedutaan Besar RI di Tokyo belum memberikan keterangan resmi terkait perlindungan WNI yang terdampak gempa.
Sementara itu, Kedutaan Besar RI di Tokyo dan Konsulat Jenderal RI di Osaka mengimbau warga negara Indonesia (WNI) di wilayah terdampak gempa Jepang untuk tetap waspada karena peringatan tsunami belum dicabut hingga Senin (1/1) malam.
“WNI diminta untuk tetap waspada terhadap gempa susulan dan tsunami dan selalu memantau informasi dan arahan otoritas setempat. Peringatan tsunami di sepanjang pesisir barat Jepang masih belum dicabut hingga malam hari ini waktu Jepang,” kata KBRI Tokyo dalam keterangannya pada Senin.
Sistem lapor diri KBRI Tokyo mencatat ada 3.791 WNI yang menetap di tiga prefektur terdampak gempa: Ishikawa (1.315 orang), Toyama (1.344 orang), dan Niigata (1.132 orang).
Gempa magnitudo 7.4 yang terjadi pada Senin pukul 16.10 waktu setempat (14.10 WIB) itu juga dirasakan di Fukui, Nagano, Gifu, Tokyo, Yamagata, Fukushima, Ibaraki, Tochigi, Gunma, Saitama, Shizuoka, Aichi, Mie, Shiga, Kyoto, Osaka, Hyogo, Nara, Tottori, Iwate, Miyagi, dan Akita.
Gempa itu telah menimbulkan gelombang tsunami di beberapa wilayah.
KBRI Tokyo dan KJRI Osaka berkoordinasi dengan otoritas setempat dan menghubungi sejumlah simpul masyarakat di wilayah terdampak untuk memastikan kondisi WNI.
“KBRI Tokyo dan KJRI Osaka mengimbau WNI untuk melakukan evakuasi mandiri terlebih dahulu,” tulis keterangan tersebut.
Sejauh ini, gempa tersebut telah mengakibatkan pembatalan jadwal kereta cepat Shinkansen dan pendaratan pesawat di Bandara Niigata.
Gempa itu juga menimbulkan kerusakan di beberapa ruas jalan di Ishikawa, padamnya aliran listrik, dan berdampak pada sekitar 35.000 keluarga di ketiga prefektur tersebut.
WNI yang terkena dampak gempa tersebut dapat menghubungi kontak darurat via nomor telepon +818035068612 (KBRI Tokyo) dan +818031131003 (KJRI Osaka).
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Gempa landa Jepang, WNI di Ishikawa mengungsi ke masjid