Solo (ANTARA) - Pengamat psikologi politik Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta Mohammad Abdul Hakim menyebut munculnya spanduk Solo Bukan Gibran merupakan bentuk kekhawatiran dari kubu lawan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024.
"Saya melihat ada kekhawatiran juga. Jateng dan Solo Raya kandangnya banteng. Kalau sampai suaranya didominasi Prabowo, ini jadi hal buruk," kata Abdul Hakim di Solo, Jawa Tengah, Kamis.
Menurut dia, hal itu tidak hanya buruk bagi pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud Md., tetapi juga PDI Perjuangan yang merupakan partai pengusung pasangan tersebut.
Menanggapi hasil survei terbaru Centre for Strategic and International Studies (CSIS) yang memperlihatkan selisih elektabilitas antara pasangan Ganjar-Mahfud dan Prabowo-Gibran kian tipis, menurut dia, salah satunya karena dampak penyerangan kepada Presiden RI Joko Widodo dan keluarganya.
Survei CSIS periode 13—18 Desember 2023 mencatat tingkat elektabilitas pasangan calon di Jateng dan DIY untuk Anies-Muhaimin sebanyak 13 persen, Prabowo-Gibran 36,5 persen, dan Ganjar-Mahfud Md. sebanyak 43,5 persen.
Apalagi, selama ini hubungan Jokowi dengan massanya bukan hubungan ideologis, melainkan emosional sehingga tidak menurunkan kredibilitas, tetapi justru menimbulkan simpati.
Bahkan, kata dia, hingga saat ini sosok Jokowi masih sangat kuat di tengah-tengah masyarakat, termasuk di Jawa Tengah.
Sementara itu, anggota Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran di Solo Agus Riyanto mengaku tidak terprovokasi dengan yel-yel dan spanduk bertuliskan Solo Bukan Gibran.
Pengamat UNS sebut munculnya spanduk "Solo Bukan Gibran" bentuk kekhawatiran kubu lawan
Jumat, 29 Desember 2023 10:00 WIB