Antarajawabarat.com,5/5 - Raja Thailand Bhumibol Adulyadej pada Senin tampil dimuka umum -- suatu peristiwa yang langka, untuk memperingati 64 tahun naik takhta, di tengah krisis politik di kerajaannya.
Penampilan raja dilakukan pada masa Perdana Menteri Yingluck Shinawatra menghadapi tantangan kemungkinan kehilangan kedudukan dalam beberapa hari mendatang, sementara pemimpin oposisi Abhisit Vejjajiva pada akhir pekan menolak berjanji untuk membahas pemilihan pada Juli yang diharapkan dapat mengakhiri krisis politik.
Bhumibol, raja yang berkuasa terlama di dunia adalah sosok bapak bagi orang Thailand, dimahkotai pada 5 Mei 1950, meskipun ia sudah menduduki takhta sejak Juni 1946 setelah kakaknya meninggal.
Raja berusia 86 tahun itu dipandang sebagai otoritas moral di Thailand, negeri yang terpecah dalam politik sejak 2006 ketika, orang kaya dan mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra --kakak PM Yingluck, didepak dalam kudeta militer.
Pidato Raja Bhumibol dicermati khususnya mengenai krisis politik, tetapi kali ini dia tidak berbicara.
Jalanan di dekat istana pantai dipenuhi lautan manusia berbusana kuning yang merupakan warna raja, sambil melambaikan bendera dan mengelu-elukannya dengan seruan "hidup raja", ketika kendaraan yang ditumpanginya melintas di tengah kota pantai Hua Hin tempat tinggalnya sejak keluar dari rumah sakit bulan Agustus lalu.
Satu upacara kecil dilakukan di sebuah ruang istana yang dipenuhi oleh tokoh politik dan militer Thailand --kebanyakan berseragam putih, dan anggota kerajaan termasuk Putra Mahkota Pangeran Maha Vajiralonkorn.
Para pendeta memimpin doa pendek sementara raja yang sudah beberapa tahun ini menderita sakit dan duduk di kursi roda, menyaksikannya.
Yingluck juga hadir. Dia menghadapi enam bulan masa protes yang menuntut pengunduran dirinya, dan telah menyebabkan 25 korban meninggal serta dikhawatirkan dapat mengarah pada kekerasan yang makin melebar antara pendukung dan penentang pemerintah.
Yingluck diharapkan memberi keterangan di depan hakim mahkamah konstitusi pada Selasa untuk menghadapi tuduhan penyalahgunaan kekuasaan dalam mengganti sejumlah pejabat tinggi bidang keamanan.
Perdana Menteri juga dapat didakwa mengabaikan tugas oleh petugas anti-suap Thailand atas kebijakan yang sembrono dalam subsidi beras yang mahal yang bisa menjatuhkannya dan melarangnya terjun ke politik.
antara