Jakarta (ANTARA) - Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan peluang penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih terbuka hari ini karena ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga acuan.
“Survei CME FedWatch Tool memperlihatkan probabilitas pemangkasan yang lebih besar dibandingkan menahan suku bunga di bulan Mei 2024,” kata dia ketika dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.
Data Core Personal Consumption Expenditure (PCE) Price Index year on year (yoy) bulan Oktober 2023 menunjukkan kenaikan harga yang lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, yakni 3,5 persen dari 3,7 persen. Ini mengindikasikan penurunan inflasi yang menjaga asa pelaku pasar soal pemangkasan suku bunga AS di pertengahan tahun depan.
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi AS yang solid berdasarkan data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal/III bertumbuh 5,2 persen mengurangi ekspektasi pemangkasan suku bunga. Hal tersebut dibantu oleh data zona euro yang menunjukkan disinflasi, sehingga mendorong rebound dolar AS.
Meninjau sentimen dari dalam negeri, inflasi yang masih terkendali bisa memberikan sentimen positif ke rupiah.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah berpotensi menguat karena ekspektasi pasar terkait suku bunga