Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir mengatakan masyarakat Indonesia akan dihibur pertandingan kelas dunia pada partai final Piala Dunia U-17 2023 Indonesia, di Stadion Manahan, Solo, Sabtu (2/12) pukul 19.00 WIB mendatang yang mempertemukan Jerman U-17 dan Prancis U-17.
Hal ini dikatakan Erick karena kedua negara itu, merupakan representasi kekuatan sepak bola di dunia.
Prancis yang kini ada di peringkat dua dunia, berdasarkan rangking FIFA per 26 Oktober 2023, adalah juara Piala Dunia sebanyak dua kali dan di edisi terakhir menjadi runner up. Sementara Jerman, tim peringkat 16 dunia itu merupakan juara Piala Dunia sebanyak empat kali dengan terakhir juara pada 2014.
"Dua negara yang berhadapan di partai final merupakan representasi kekuatan level elite sepak bola Eropa saat ini. Baik Jerman maupun Prancis memiliki gaya bermain berbeda. Kita akan disajikan tontonan yang berkelas," tutur Erick, melalui keterangan resmi, Selasa.
"Masyarakat Indonesia beruntung bisa menyaksikan aksi keduanya secara langsung. Entah tiga atau empat tahun lagi kita akan melihat pemain Jerman dan Prancis yang berlaga di final menjadi bintang dunia saat level senior nanti," timpalnya.
Dalam kesempatan yang sama, Erick juga turut mengomentari dua laga semifinal yang dua-duanya berlangsung sangat panas.
Jerman ke babak akhir seusai menang 4-2 atas Argentina melalui drama adu penalti setelah sebelumnya bermain sama kuat dengan skor 3-3 pada waktu normal.
Paris Brunner menjadi aktor kemenangan Jerman melalui dua golnya (9’ dan 58’), beserta tambahan satu gol dari Max Moerstedt (69’) sebelum kemudian sang kiper Kostantin Heide muncul sebagai pahlawan karena menepis dua tendangan pemain Argentina, Franco Mastantuono dan Claudio Echeverri.
Sementara untuk kubu Argentina, Agustin Ruberto kembali unjuk gigi dengan tiga golnya (36’, 45+4’, dan 90+7’). Tiga gol tambahan itu membuat pemain River Plate tersebut menjadi top skor sementara turnamen dengan 8 gol.
Duel tak kalah sengit terjadi saat Prancis mengalahkan Mali dengan 2-1. Mali, sebagai satu-satunya tim wakil Afrika di semifinal sempat unggul lewat sumbangsih gol Ibrahim Diarra pada menit ke-45+4 yang sekaligus memberi kebobolan gol pertama bagi Prancis selama gelaran Piala Dunia U-17.
Namun keadaan berubah pada babak kedua setelah Souleymane Sanogo terkena kartu merah pada 10 menit awal babak kedua. Les Bleus muda yang unggul jumlah pemain memanfaatkannya dengan baik karena langsung membalikkan keadaan dengan skor akhir 2-1 lewat gol Yyann Titi (55’) dan Ismail Bouneb (69').
"Luar biasa. Dua pertandingan semifinal yang tegang dan seru. Selamat kepada Jerman dan Prancis yang sukses menembus final. Walau tersingkir, Argentina dan Mali menunjukkan daya juang yang luar biasa. Hari ini kita disuguhkan pertandingan yang bermutu dan kelas dunia. Penuh drama sejak awal hingga akhir. Banyak gol, hingga adu penalti dan kartu merah," ujar Erick.
Selain menyajikan duel puncak pada 2 Desember nanti, Piala Dunia U-17 2023 masih mementaskan satu laga lainnya, yaitu duel perebutan posisi ketiga antara Argentina melawan Mali pada Jumat (1/12/) pukul 19.00 WIB di Stadion Manahan, Solo.
Tim Prancis Siap Hadapi Jerman
Timnas Perancis U-17 segera mempersiapkan diri untuk menghadapi Jerman di final Piala Dunia 2023 U-17 yang bakal digelar di Stadion Manahan Solo, Jawa Tengah, Sabtu (2/12).
"Tim Perancis di babak semifinal telah mengalahkan Mali dengan skor 2-1. Kami punya dua hari untuk mempersiapkan diri untuk final dan ingin membawa pulang trofi," kata Pelatih Perancis U-17, Jean Luc Vannuchi, seusai mengalahkan Mali dengan skor 2-1 di Stadion Manahan Solo, Selasa malam.
Jean Luc Vannuchi mengatakan pertandingan melawan Mali sangat ketat. Prancis bermain intensif dan baik dalam membangun serangan dari belakang maupun bertahan.
Selain itu, katanya lagi, para pemain bermain dengan sangat percaya diri dan terlihat pada babak kedua mereka bisa memberikan tekanan pada pertahanan lawan.
Gol Perancis dicetak oleh Yvann Titi untuk menyamakan kedudukan 1-1 dan pada menit terakhir babak pertama tercipta gol kedua dicetak oleh pemain dengan nomor punggung 10, Ismael Bounet, pada menit 69 sehingga mengubah kedudukan menjadi 2-1 untuk Perancis.
"Ismail sangat cocok bermain teknis. Kami banyak menyiapkan diri untuk pertandingan semifinal ini dan ternyata Ismail bisa mencetak gol kedua dengan langsung menembak ke tiang jauh yang sangat sulit diantisipasi kiper lawan," katanya.
"Kami di final selanjutnya bertemu Jerman yang pada pertandingan sebelumnya mengalahkan Argentina. Jadi final yang baik, dua tim Eropa masuk ke final. kami punya dua hari untuk mempersiapkan diri di final untuk membawa pulang trofi ke Tanah Air," katanya.
Sementara Pelatih Mali Soumalia Coulibaly mengatakan, anak-anak asuhnya sebenarnya memainkan pertandingan yang baik melawan Perancis. Namun, sayangnya di pertandingan ini timnya dapat kartu merah sehingga harus bermain 10 orang.
"Meski kami menciptakan banyak peluang, tapi kami tidak bisa bermain dengan baik. Kami mungkin tidak beruntung ketika wasit memberikan kartu merah," katanya.