Spektrum - Jejak K.H. Abdul Chalim dalam perjuangan kemerdekaan RI
Minggu, 12 November 2023 8:01 WIB

Asip foto salah seorang pejuang dan Pahlawan Nasional asal Majalengka, Jawa Barat, K.H. Abdul Chalim Leuwimunding. ANTARA/Dokumentasi pribadi
Abdul Chalim membangun pertemanan dan tali silaturahmi yang begitu erat dengan para ulama.
Dari pertemuan itu, ia kemudian bergabung dengan Sarekat Islam (SI) Hijaz dan menjadi anggota termuda sekaligus pengurus dalam organisasi tersebut.
Melalui SI Hijaz, Abdul Chalim terlibat aktif menentang kebijakan Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda yang tidak sesuai dengan syariat Islam dan menyengsarakan rakyat. Bahkan penentangan itu dilakukan secara konstitusional.
Dalam sejumlah literatur diriwayatkan bahwa selama di Mekkah, Abdul Chalim telah memiliki pandangan moderat, visioner, dan namun sering mengkritisi kebijakan penjajah yang merugikan rakyat.
Pada 1917, Abdul Chalim kemudian pulang ke Majalengka untuk membantu orang tuanya meringankan penderitaan warga pribumi atas kekejaman pemerintah kolonial.
Selanjutnya pada tahun 1922, Abdul Chalim berkelana dari Majalengka ke Surabaya dengan berjalan kaki selama 14 hari untuk bertemu rekan seperjuangannya.
Ketika di Surabaya, ia lantas berjumpa kembali dengan K.H. Abdul Wahab Hasbullah. Keduanya kemudian membentuk Komite Hijaz guna mengorganisasikan ulama-ulama di Jawa dan Madura demi mencapai kemerdekaan Indonesia.
Tokoh dari Majalengka itu langsung menulis surat undangan agar para ulama tersebut menyempatkan hadir dalam pertemuan Komite Hijaz pada 31 Januari 1926. Hasilnya, 65 ulama hadir dalam pertemuan tersebut dan bersepakat dengan tujuan yang sama yakni mencapai kemerdekaan Indonesia.
Pertemuan itu menjadi cikal bakal berdirinya Pengurus Besar NU dengan K.H. Hasyim Asyari sebagai Rais Aam dan Abdul Wahab Hasbullah sebagai Katib awal, dan Abdul Chalim didaulat menjadi Katib Tsani (sekretaris kedua).
Semasa hidupnya, Abdul Chalim selalu mengabarkan perkembangan dan situasi terbaru dalam perlawanannya terhadap penjajah kepada masyarakat Majalengka. Informasi itu disalurkan lewat koran Soeara Nahdatoel Oelama.
Seiring berjalannya waktu, tokoh tersebut menyumbangkan gagasan, tenaga, dan pemikiran untuk melepaskan belenggu umat dari cengkeraman penjajah.