Antarajawabarat.com - Humrotin, mahasiswi Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, menjadi pemenang Lomba Logo PON XIX Jabar yang digelar panitia besar perhelatan olahraga empat tahunan itu.
"Benar-benar 'surprise'. Saya senang karena karya saya menjadi logo sebuah perhelatan besar sekaliber PON," kata Humrotin seusai pengumuman pemenang lomba itu.
Ia beserta 19 orang nominator lomba logo dan maskot PON diundang secara khusus oleh panitia ke Gedung Sate Kota Bandung, Kantor Gubernur Jabar, khusus untuk pengumuman pemenang lomba itu.
Gadis berjilbab dan mengenakan kaca mata minus itu duduk di barisan kedua nominator. Ia benar-benar peserta istimewa, satu-satunya peserta lomba wanita yang ternyata memenangkan lomba yang berhadiah senilai Rp50 juta itu.
Ia menjadi orang pertama yang berdiri setelah Ketua Dewan Juri Prof Dr Warli mengumumkan namanya sebagai pemenang lomba logo PON 2016 itu.
Karya mahasiswi semester delapan ISI Yogyakarta asal Lamongan itu berupa logo yang merupakan penggambaran senjata Kujang dengan enam warna, enam lingkaran pemersatu yang juga melambangkan api spirit dan penegasan bahwa Jabar sebagai Tuan Rumah PON XIX/2016 .
"Logo itu menekankan bahwa PON kembali ke Jawa Barat, dan menunjukkan bahwa Jabar sebagai tuan rumah perhelatan itu. Enam lingkaran pemersatu dengan enam warna itu merupakan lambang persatuan dan mempererat NKRI," katanya.
Dasar pendidikannya sebagai mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi itu, membuatnya tahu persis apa yang harus masuk materi dan makna sebuah logo perhelatan besar sekaliber PON.
Untuk mendesain logo tersebut, Humrotin mengaku menghabiskan waktu satu bulan. Hingga akhirnya ia dipanggil oleh panitia lomba setelah masuk 10 besar. Selama sepuluh hari ia berada di Kota Bandung untuk merevisi dan menajamkan karyanya tersebut dengan beberapa pengkayaan materi dan lambang.
"Sebelumnya kujang di logo itu tidak ada matanya, namun setelah diperkaya idenya jadi ada lima mata kujang. Revisinya mungkin hanya 10 persen saja," kata gadis mungil itu.
Uniknya, Humrotin sama sekali tidak tahu senjata kujang. Namun untuk kegiatan lomba itu ia melakukan pencarian di internet untuk mendapatkan lambang identitas masyarakat Jawa Barat itu.
"Sebelumnya saya tidak tahu lebih dalam tentang kujang, namun saya baca buku dan cari di internet maknanya, meski sebelumnya saya tidak tahu bila pada kujang itu ada matanya," katanya.
Sebelumnya bahkan ia menemukan dua ide untuk dasar karya logonya itu yang juga benda khas di Tatar Parahyangan.
"Selain kujang saya juga cermati, alat musik karinding dan celempung. Namun akhirnya saya lebih memilih kujang. Jadilah logo ini," kata gadis murah senyum itu.
Meski satu-satunya nominator perempuan yang dipanggil masuk ke babak 10 besar, namun ia mengaku tidak gentar apalagi minder meski ia bersaing ketat dengan peserta lain yang berasal dari kalangan akademisi, seniman, dosen dan 'pemain' di desain grafis.
"Sejak awal nggak masalah, dan justru lebih banyak teman dan pengalaman dari mereka, dan saya senang bisa mengenal mereka," katanya.
Sementara itu Ketua Dewan Juri Lomba Logo dan Maskot PON XIX/2016, Prof Dr Warli menyatakan lomba logo tersebut diikuti oleh 500-an peserta. Namun panitia menyeleksi dan menetapkan 10 besar dari kategori logo dan 10 besar kategori maskot.
Untuk kategori Maskot PON XIX/2016 dimenangkan oleh Tony Suhendra (Bandung) dengan karya maskot Surili, yakni primata asli khas Jawa Barat.
"Lomba ini terbuka untuk umum, dan ternyata animo anak bangsa dari sejumlah daerah di Indonesia cukup besar ikut lomba ini, hampir dari setiap daerah ada karya yang masuk ke panitia," kata Warli.
Dari 500-an karya yang masuk, panitia memilih 10 besar untuk setiap kategori. Kemudian dikerucutkan menjadi tiga besar yang dikonsultasikan dengan Ketua PB PON XIX/2016 Jabar, Gubernur Ahmad Heryawan.
"Sepuluh besar untuk setiap kategori dipanggil ke Bandung, selama sepuluh hari peserta diberi kesempatan untuk merevisi dan memperkaya karyanya termasuk menyempurnaan di beberapa bagian," katanya.
Kini Logo dan Maskot PON XIX/2016 telah dipastikan Kujang dan Surili, dan mulai Sabtu (8/3) inilah keduanya disosialisasikan ke seluruh peloksok negeri. Dan yang jelas logo karya Humrotin, mahasiswi semester delapan ISI Surabaya asal Lamongan akan tercatat dalam sejarah PON juga menjadi perempuan pertama yang karyanya menjadi logo resmi perhelatan olahraga empat tahunan itu.
Humrotin Sang Pembuat Logo PON XIX Oleh Syarif Abdullah
Minggu, 9 Maret 2014 6:40 WIB