Tren merah marun dari koleksi terbaru Benang Jarum untuk 2024
Sabtu, 28 Oktober 2023 8:30 WIB
Model mengenakan koleksi terbaru dari jenama fesyen Benang Jarum dalam ajang JFW 2024 di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, Jumat (27/10/2023). (ANTARA/Vinny Shoffa Salma)
Jakarta (ANTARA) - Jenama fesyen lokal Benang Jarum memperlihatkan sejumlah koleksi baru pakaian berwarna merah marun karena warna ini diproyeksikan akan menjadi tren di tahun 2024 serta ragam koleksi lain dengan sentuhan floral, geometris, dan monogram khas dari mereka.
“Berdasarkan tren tahun 2024, trennya itu warna-warna burgundy dan deep red atau marun,” kata salah satu pendiri Benang Jarum Allyssa Hawadi saat ditemui dalam ajang JFW 2024 di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, Jumat (27/10).
Menurutnya, warna merah marun dinilai sebagai warna cokelat yang baru dan cukup diminati oleh masyarakat. Oleh sebab itu, sejumlah koleksi terbaru yang dinamai Amona Series ini menghadirkan warna merah marun pekat dengan aksentuasi khas dari Benang Jarum.
“Koleksi Amona Series ini cukup mengikuti tren tahun depan,” kata Allyssa.
Selain itu, Benang Jarum juga menyiapkan model dan potongan yang disesuaikan dengan proyeksi tren tahun depan. Misalnya, model baloon dress, dress ikat obi, hingga long cardigan.
“Ada beberapa warna dan cutting yang kita ambil dari tren-tren yang diperkirakan akan hadir tahun depan,” katanya.
Untuk JFW 2024, Benang Jarum telah menyiapkan 24 koleksi dari tema besar mereka “The Whispers of Royal”. Mulai dari dress panjang, kardigan, set kemeja dan celana panjang, dan lainnya.
Koleksi Amona Series yang ditampilkan ini banyak memakai material satin (mikado) dan katun serta ragam tekstur dan pola menarik, seperti pola asimetris. Ada juga pola floral dan garis-garis yang menjadi ikon dari jenama ini.
“Kita juga akan menampilkan warna yang lebih bright (cerah), ada pink juga karena mungkin nggak semua teman-teman punya warna earth tone,” kata desainer Benang Jarum Mitha Huljana.
Menariknya, Benang Jarum juga menghadirkan aksesori tambahan untuk memaksimalkan penampilan berupa bandana dengan corak dan warna senada. Mereka pun berkomitmen untuk mengadaptasi konsep berkelanjutan sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan.
“Kita punya fasilitas printing sendiri. Semua proses printing menggunakan digital print dengan tinta yang aman bagi kulit, hampir nggak ada chemical waste-nya,” kata Linda Anggrea selaku pendiri dan pemimpin Modinity Grup, perusahaan induk dari Benang Jarum.
Ajang JFW 2024 sekaligus menandai peluncuran koleksi Amona Series milik Benang Jarum. Mulai bulan November mendatang, koleksi ini sudah dapat dibeli di gerai toko Benang Jarum di seluruh Indonesia.
Fesyen Studio Jeje
Jenama fesyen Studio Jeje kembali hadirkan koleksi terbaru mereka bernama Moeri atau “kehidupan” yang terinspirasi dari gempita tradisi adat NTT dengan memadukan tenun ikat khas Nusa Tenggara dan ragam material lainnya di ajang Jakarta Fashion Week (JFW) 2024.
“Kita melihat ada kehidupan keluarga (dari sebuah desa yang dikunjungi). Di situ, saya terinspirasi dari love and warm-nya family,” kata perwakilan Studio Jeje, Angelita Nurhadi saat ditemui dalam ajang JFW 2024 di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, Jumat (27/10).
Dalam bahasa Ende, Moeri adalah “kehidupan” yang terinspirasi dari perjalanan ketiga desainer Dekranasda NTT, yakni Temma Prasetio, Studio Jeje, dan Maya Ratih menuju Desa Wologai, Ende, NTT. Oleh sebab itu, Studio Jeje ingin merepresentasikan kekagumannya terhadap budaya dan alam di NTT dengan menghadirkan koleksi Moeri ini.Koleksi ini pun banyak menggunakan detail rona gelap yang dipadukan dengan kain tenun berwarna cerah dari NTT. Kontras visual ini mencerminkan keseimbangan dalam kehidupan, seperti keramaian dan kesepian, gembira dan sedih, hingga misterius dan terbuka.
Untuk koleksi Moeri yang tergabung dalam kolaborasi Sa’o (rumah) di gelaran JFW 2024, Studio Jeje menghadirkan sisi feminin dari perempuan dengan menampilkan rok, gaun, hingga baju dengan sentuhan kain tenun ikat.
Studio Jeje juga mempertahankan siluet boxy feminine khas yang dipenuhi dengan garis potongan lengkung. Koleksi Moeri ini dihiasi oleh berbagai payet tiga dimensi untuk menggambarkan busana kontemporer berpadu dengan kekayaan budaya melalui pemakaian tenun.
Selain itu, Studio Jeje juga menggunakan teknik tradisional untuk pembuatan koleksinya ini, sehingga mereka dapat mempertahankan keotentikan corak dan nilai budaya di dalamnya. Bahkan, Studio Jeje menggunakan 80 persen kain tenun untuk setiap pakaian yang diproduksi mereka.
“Sisa-sisa potongan (kain) aku bikin jadi sebuah look, insyaallah zero waste,” kata Angelita.