Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menyatakan rupiah relatif lebih tangguh dibandingkan banyak mata uang lain kendati ada kecenderungan kenaikan suku bunga global yang dipicu kebijakan di Amerika Serikat (AS).
“Dari Januari sampai dengan Juli 2023, perkembangan terakhir, ini malah (rupiah) masih masuk apresiasi,” kata Faisal dalam acara Mid-Year Review 2023 yang diadakan CORE Indonesia secara virtual diikuti di Jakarta, Kamis.
Ada sejumlah faktor yang menyebabkan resiliensi atau ketangguhan nilai tukar rupiah mencapai 4,1 persen year to date (Ytd), antara lain peningkatan net buy saham dan obligasi.
“Jadi sebetulnya kecenderungannya justru capital inflow-nya. Jadi dana masuk itu lebih kuat,” ucapnya.
Empat negara yang memiliki nilai tukar lebih baik dibandingkan Indonesia adalah Peso dari Mexico sebesar 13,3 persen Ytd, Real dari Brazil 11,3 persen Ytd, Franc dari Swiss 4,5 persen Ytd, dan Peso dari Chile 4,5 persen Ytd.
Di sisi lain, banyak pergerakan nilai tukar dari negara lain lebih rendah dari rupiah. Misalnya Krona dari Swedia 2,6 persen Ytd, Peso dari Filipina dan dolar Kanada masing-masing 2,4 persen Ytd, dan dolar Singapura yang sebesar 1,4 persen.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: CORE: Rupiah relatif tangguh dibanding banyak mata uang lain