Apalagi seperti diketahui TPA yang ada di Kota Sukabumi saat ini kondisinya sudah semakin kritis dan hanya bisa bertahan beberapa tahun ke depan untuk menampung volume sampah dari masyarakat yang rata-rata mencapai 180 ton/hari.
Kemudian, dampak sampah bagi perekonomian, saat ini pun sudah dirasakan oleh masyarakat di Kota dan Kabupaten Sukabumi. Khususnya di Kabupaten Sukabumi lantaran sampah semakin bertebaran di Pantai Talanca, Desa Loji, Kecamatan Simpenan. Di sepanjang pantai itu yang awalnya merupakan salah satu objek wisata dan olahraga seluncur bertaraf internasional saat ini rusak akibat hamparan tumpukan sampah.
Bahkan tumpukan sampah itu tingginya sudah mencapai satu meter dan dari hasil pendataan sampah yang berada di pantai itu mencapai 200 ton. Meskipun sudah ditangani oleh Pemkab Sukabumi tetapi tidak serta merta permasalahan sampah ini selesai.
Bahkan usut punya usut, sampah ini juga merupakan kiriman dari wilayah Kota Sukabumi di mana bisa sampai ke laut selatan ini karena masih banyaknya oknum masyarakat yang membuang sampah ke aliran sungai sehingga terbawa hingga ke muara dan berakhir di laut.
Belom lagi ancaman sampah mikroplastik yang mengancam habitat ikan dan berbagai flora serta fauna di laut. Ancaman ini mulai nyata dirasakan seperti nelayan yang merasakan hasil tangkapan ikan menurun.
Lebih parahnya lagi hasil penelitian di seluruh samudera yang dilakukan oleh para peneliti University of Exeter, Inggrispada 2015 di mana rata-rata setiap tahunnya seribu penyu mati akibat sampah yang 91 persennya akibat terjerat sampah plastik.
Kuncinya harus sadar
Berbagai upaya untuk menanggulangi sampah sudah dilakukan oleh pemerintah, aktivis maupun komunitas namun sayangnya hasilnya tidak sampai maksimal. Banyak cara yang dilakukan seperti mengurangi penggunaan plastik dan mendaur ulang sampah, tetapi cara itu merupakan upaya di nomor yang ke sekian.