Yusuf bersama kelima saudaranya yang sudah berstatus yatim ketika itu, hidup dari jerih payah seorang ibu yang membesarkan keenam anaknya dari hasil berjualan aneka kebutuhan rumah tangga dari sebuah kedai kecil. Bahkan, tak jarang dari hasil berjualan yang tersisa dibawa ke pantai untuk dijajakan pada pengunjung di kawasan wisata Pantai Harapan Ammani.
Sebelum pantai menjadi salah satu tujuan wisata di Kabupaten Pinrang ini, warga Ammani sangat tertinggal dan masuk kategori prasejahtera.
Melihat kondisi tersebut Yusuf tidak tinggal diam, merantau ke Kota Makassar menjadi pilihan untuk mengubah nasib.
Tentu saja itu tak semudah membalikkan telapak tangan. Lelaki yang sedikit phobia dengan ketinggian ini, harus jatuh bangun mengejar impiannya setelah kandas menjadi seorang pelukis, seperti yang dicita-citakan sejak masa kecil.
Ikut belajar dan bekerja di rumah jahit, diawali ketika ia merantau di Makassar, namun di sela-sela waktu juga ikut belajar di modern school yang juga mengajarkan merancang busana atau gaun.
Dengan bakat seni yang dimiliki sejak di bangku sekolah, ia pun mulai belajar membuat pola pakaian dan merancang gaun, baik sesuai pesanan pelanggan maupun untuk koleksi pribadi.
Hasil karya Yusuf yang tidak terlepas dari timnya ini, sementara dalam pengurusan hak cipta sebagai Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).
Go internasional
Setelah gaun Sutera yang dihasilkan pada 2012 menjuarai lomba Putra-Putri Sutera di Makassar, karya spektakuler dari Yusuf juga mewarnai panggung Putri Indonesia pada 2022.
Finalis Puteri Indonesia 2022 dari Banten 2, Shinta Yuliasmi ketika itu meraih predikat The Best Evening Gown I, mengenakan gaun karya desainer muda asal Sulsel.
Spektrum - Yusuf, Seniman kampung yang karyanya go internasional
Oleh Suriani Mappong Selasa, 20 Juni 2023 8:04 WIB