Dia bercerita bahwa ibunya memang memiliki mesin jahit, tetapi bukan bekerja sebagai penjahit yang rutin menerima pesanan. Mesin jahit ibunya hanya sekadar digunakan menjahit baju atau sarung yang sobek.
Berangkat dari belajar dari sekolah modern, ia kemudian mendapat pesanan dari model yang ikut lomba Putra-Putri Sutera pada 2012 di Makassar dan ternyata hasil karyanya menyabet juara I.
Prestasi tersebut membuat Yusuf lebih semangat lagi untuk menghasilkan karya busana terbaik, yang awalnya diilhami dari karya desainer ternama dan menjadi idolanya, yakni Anne Avantie.
Seiring waktu, Yusuf kemudian berprinsip untuk mengejar impiannya di bidang fesyen dengan prinsip boleh terinspirasi dari seorang desainer, tetapi hasil karya harus "dijauhkan" dari karya orang lain alias tidak boleh meniru, apalagi plagiat.
Prinsip hidup itulah yang menempa ia membuahkan karya-karya spektakuler yang berbeda dengan karya desainer lainnya.
Dusun miskin
Yusuf lahir di Ujung Pandang (Makasssar) pada 23 Agustus 1990, tetapi masa kecil hingga remaja dihabiskan di Dusun Ammani, Desa Mattiro Tasi, Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang, Sulsel.
Ammani yang terletak sekitar 20 kilometer dari Ibu Kota Kabupaten Pinrang, dikenal sebagai dusun miskin dan tertinggal, dengan mayoritas penduduknya sebagai buruh tani dan nelayan tradisional.
Akibatnya, sebagian besar penduduknya hanya tamat SD atau sederajat, yakni 1.136 orang atau 42,80 persen dari total jumlah usia sekolah 2.653 orang.
Menyusul yang tidak atau belum bersekolah sebanyak 444 orang (16,73 persen) berdasarkan data Statistik Desa Mattiro Tasi, Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang, Sulsel pada 2018.
Kondisi ini juga tergambar pada jenjang pendidikan terakhir dari Yusuf bersaudara. Dari enam bersaudara, hanya Yusuf yang tamat pendidikan SMA, sedang kakaknya hanya tamat sekolah dasar dan ada juga yang tamat SMP.
Spektrum - Yusuf, Seniman kampung yang karyanya go internasional
Oleh Suriani Mappong Selasa, 20 Juni 2023 8:04 WIB