"Sebenarnya buku yang ditulis saya ini sudah
diterbitkan sejak 2009 lalu, tapi peredarannya terbatas. Namun, pada Mei 2023 ini saya menggandeng Kompas sebagai penerbit ternyata animo masyarakat untuk membeli dan penasaran terhadap buku ini meningkat bahkan menjadi best seller
Menurut Fajar, buku ini ditulis merupakan hasil penelitiannya pada 2008 di beberapa wilayah di Indonesia timur seperti Flores, Papua dan Kalimantan Barat. Di mana buku tersebut menceritakan kiprah sekolah-sekolah Muhammadiyah di daerah minoritas muslim yang ternyata keberadaan sekolah Muhammadiyah baik tingkat SD, SMP hingga SMA sederajat ikut berperan dalam memajukan dunia pendidikan daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3T).
Sebenarnya tujuan dari buku Kristen Muhammadiyah ini keinginan pihaknya untuk menyemaikan toleransi, seperti keberadaan sekolah Muhammadiyah di Indonesia timur yang masuk dalam daerah 3T. Meskipun daerah itu terbelakang dalam hal ekonomi, tetapi kehadiran lembaga pendidikan Muhammadiyah ini memberikan pencerahan.
Namun sayangnya saat buku ini diterbitkan ulang dan sampai saat ini sudah masuk ke cetakan ketiga, dianggap kontroversi oleh masyarakat khususnya netizen yang tidak tahu isi dan tujuan dari buku Kristen Muhammadiyah.
Seperti yang muncul di media sosial sekarang, di mana mereka yang tidak tahu ini menilai Muhammadiyah menciptakan aliran keagamaan atau sekte baru. Namun demikian, viralnya buku Kristen Muhammadiyah ini ia menganggap keuntungan sehingga masyarakat yang penasaran ingin membeli buku tersebut dan mengetahui isi dan maknanya. Selain itu, harus diakui pada tahun politik ini ada beberapa kelompok atau golongan yang membawa buku ini masuk ke dalam ranah politik identitas untuk menjatuhkan golongan tertentu. Tapi, ia optimistis buku ini bisa menjadi jembatan untuk memperkuat rasa toleransi dan pluralitas di Indonesia.
Sementara, narasumber pada kegiatan bedah buku ini Pendeta Kristianto yang merupakan Ketua Badan Kerjasama Gereja-Gereja Sukabumi menganggap keberadaan buku ini sangat penting yang isinya memberikan pemahaman dan pendidikan khususnya anak-anak muda saat ini atau Generasi Z (Gen Z) bisa mengembangkan toleransi di bidang pendidikan.
Di mana bisa mengelola dan menjaga pluralitas di Indonesia dengan arif, baik dan penuh dedikasi seperti yang dilakukan oleh Muhammadiyah. Tentunya sebagai pendeta dirinya mendorong para pemuda di gereja untuk meniru apa yang telah dilakukan Muhammadiyah.
"Jangan sampai Muhammadiyah bekerja sendiri dalam menjaga toleransi antar-umat beragama dan pluralitas. Sehingga kita sebagai anak bangsa tentunya harus bisa memiliki semangat yang sama seperti Muhammadiyah," tambahnya.
Pada acara bedah buku Kristen Muhammadiyah ini juga menghadirkan tokoh Muhammadiyah Sukabumi Yana Fajar Basori dan tokoh pendidik anak usia dini Yen Yen Kuswati.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: UMMI gelar bedah buku Kristen Muhammadiyah