G7 juga mendesak China agar menekan Rusia guna menghentikan perang di Ukraina. G7 juga meminta China menyelesaikan masalah Taiwan dengan cara damai.
Para pemimpin G7 juga mengungkapkan kekhawatiran mendalam terhadap situasi di Laut China Timur dan Selatan, di mana Beijing meningkatkan klaim teritorialnya. G7 menentang keras setiap upaya sepihak dalam mengubah status quo dengan kekerasan atau paksaan.
Kekuatan militer dan ekonomi China yang meningkat di perairan terdekat, termasuk Selat Taiwan, telah mempertegang hubungan China dan AS, serta membahayakan keamanan kawasan. China dan Taiwan memiliki pemerintahan sendiri-sendiri pada 1949 karena perang saudara.
G7 menyebut beberapa negara demokrasi terpengaruh oleh "paksaan ekonomi" yang diterapkan negara-negara otoriter. Oleh karena itu, G7 akan meluncurkan platform untuk mencegah praktik-praktik semacam itu digunakan sebagai alat memburu kepentingan politik.
Komunike G7 juga menekankan pentingnya memperkuat rantai pasokan untuk bahan industri penting, seperti semikonduktor, dan mengambil tindakan lebih luas dalam melawan pembatasan perdagangan secara sepihak.
Para pemimpin G7 juga sepakat memperbesar bantuan energi dan pembangunan untuk negara-negara berkembang karena khawatir China mempraktikkan "diplomasi jebakan utang" dengan menggunakan utang sebagai senjata mendapatkan konsesi dari negara-negara debitur.
Komunike juga menyebutkan bahwa G7 siap membangun hubungan konstruktif dan stabil dengan China, dan menekankan pentingnya dialog dengan Beijing dalam rangka menciptakan perdamaian dan stabilitas kawasan.
G7 juga mengutuk peluncuran rudal balistik oleh Korea Utara yang disebut mereka melanggar hukum internasional. Mereka menyeru Korea Utara agar sepenuhnya meninggalkan senjata nuklir dan program-program pengembangan nuklir.
Jokowi dukung perdamaian Ukraina, Zelenskyy: Saya ingat anda pemimpin negara kunjungi Kiev
Minggu, 21 Mei 2023 14:46 WIB