Akan tetapi, tim-tim Italia setidaknya sudah melakukan kebijakan transfer yang mulai menuai hasil di kompetisi Eropa saat ini. Kebanyakan klub Italia kini meramu kedalaman tim dengan mengkombinasikan pemain muda dan pemain berpengalaman.
Sebut saja AS Roma yang musim ini mendatangkan pemain pengalaman seperti Paulo Dybala, Nemanja Matic dan Giorgino Wijnaldum yang dipadukan dengan pemain muda semacam Nicola Zalewski dan Edoardo Bove.
Juga Inter Milan yang telah lebih dulu menuai hasil dari kebijakan transfer itu dengan menjuarai Serie A musim 2021. Inter memiliki komposisi pemain pengalaman macam Milan Skriniar, Romelu Lukaku yang disandingkan dengan Nicola Barella dan Andrea Bastoni.
Berbeda dengan klub Premier League dan LaLiga yang berani membayar triliunan Rupiah untuk menebus satu pemain, klub Italia justru menerapkan pola peminjaman pemain yang dicoba untuk satu atau dua musim lalu diberi kontrak permanen apabila dalam masa itu sang pemain dapat nyetel dengan tim.
Dari segi taktikal di dalam lapangan, tim-tim besar Eropa lebih bermain dengan gaya modern dengan menerapkan permainan pressing tinggi dan penguasaan bola, tim Italia justru menjadi "kryptonite" dari sepak bola modern.
Seperti kisah Superman yang tak berdaya dengan Kryptonitenya, klub-klub super yang memiliki para pemain bintang dan sistem permainan modern, seakan selalu mati kutu di hadapan gaya tua klub-klub dari Liga Italia.
Tim Italia masih mempertahankan filosofi catenacio mereka, formulasi bertahan dan memanfaatkan momentum transisi pemain untuk melakukan serangan balik.
Bukan sekedar itu saja catenacio juga mempunyai pola pendekatan yang variatif dan fleksibel dalam setiap pertandingan, tergantung lawan yang dihadapi mereka. Tak ada satu strategi yang di atas kertas sama dalam setiap pertandingan.
Klub-klub Italia yang "menggigit" di kompetisi level Eropa
Oleh Fajar Satriyo Sabtu, 20 Mei 2023 9:01 WIB