Para penyebar hoaks juga paling banyak mencatut Pemerintah Indonesia dan pihak campuran. Ia melihat pihak ini sekaligus menjadi target sentimen negatif yang ditumbuhkan melalui hoaks.
Sehingga, kata dia, dominasi pada kategori ini menunjukkan bahwa hoaks dapat mencatut siapapun dan patut diwaspadai sebagai upaya menurunkan kepercayaan kepada pihak yang dicatut.
Meski begitu, Linda menyebut sekitar 70 persen inisiatif klarifikasi berasal dari pemeriksa fakta independen dengan jumlah kasus hoaks sekitar 468 disusul oleh Media Masa dengan 114 temuan (17 persen) di kuartal I-2023.
"Perlu dicatat bahwa komposisi ini hanya merepresentasikan klarifikasi yang dikompilasi pada turnbackhoax.id," ujar Linda.
Sementara itu Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia (Mafindo) menemukan sebanyak 125 hoaks atau informasi bohong selama pemilihan presiden (Pilpres) 2019.
"Pra-pemilu ada 34 temuan, pada saat hari H tidak ditemukan dan pasca-pemilu ada 94 hoaks," ujar Anggota Penelitian dan Pengembangan Mafindo Fins Purnama dalam webinar Mafindo "Litbang Talk #01" di Jakarta, Rabu.
Menurutnya, jumlah narasi hoaks menyasar tiga tahapan pemilu. Fins Purnama menjelaskan bahwa tahapan pertama pra-pemilu ditemukan 34 kasus hoaks, tahapan kedua pada hari H pemilu tidak ditemukan dan tahapan ketiga pasca-pemilu beredar 94 hoaks di masyarakat.
"Jadi, 73 persen hoaks beredar pada pasca-pemilu, 27 persen sisanya beredar pada pra-pemilu. Ada tren yang menurun tapi meningkat sangat tajam," kata dia.
Facebook masih tempati posisi pertama penyebaran hoaks di awal 2023
Kamis, 4 Mei 2023 5:50 WIB