"Untuk produksi udang vaname dari tahun 2021 mencapai 102 ribu ton, pada tahun 2022 mengalami penurunan, di mana produksi dalam setahun hanya 58 ribu ton, sedangkan produksi udang windu masih relatif sama yaitu 16 ribu ton," tuturnya.
Menurutnya budi daya udang vaname selain membutuhkan biaya yang tinggi, juga risiko kematian cukup tinggi, namun untuk harga sendiri memang relatif lebih mahal di banding udang lainnya.
Baca juga: Tarif air bersih Perumdam Indramayu naik 30 persen
Dewi menambahkan dengan risiko yang cukup besar, maka para petambak udang lebih memilih beralih ke budi daya rumput laut, ikan nila dan lainnya, di mana risikonya lebih rendah serta harga sedang mengalami peningkatan.
"Produksi rumput laut di Indramayu memang mengalami peningkatan meskipun belum terlalu besar, di mana di tahun 2022 produksinya di angka 43 ribu to, sedangkan tahun 2021 42 ribu ton," katanya.
Ia menjelaskan sektor budi daya air payau di Kabupaten Indramayu juga mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, di mana totalnya pada 2021 produksi mencapai 245 ribu ton, sedangkan pada tahun 2022 hanya berada di angka 203 ribu ton.
Petambak udang Indramayu beralih budi daya rumput laut
Kamis, 19 Januari 2023 15:24 WIB
![Petambak udang Indramayu beralih budi daya rumput laut](https://cdn.antaranews.com/cache/800x533/2023/01/19/IMG_20230119_150230.jpg)
Pekerja memberi pakan udang vanamei di areal tambak desa Singaraja, Indramayu, Jawa Barat, Rabu (10/3/2021). (ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/hp).