“Nasdem masih jeblok elektabilitasnya, sedangkan PSI terus naik,” kata Direktur Eksekutif NEW INDONESIA Research & Consulting Andreas Nuryono dalam siaran pers di Jakarta, Selasa.
Menurut Andreas pasca-pencapresan Anies Baswedan, elektabilitas Nasdem masih berada di bawah ambang batas parlemen 4 persen. Dia menjelaskan pada Juni 2022, elektabilitas parpol tersebut berada di atas diambang batas parlemen yakni sebesar 4,4 persen, dan kemudian turun di Oktober 2022 menjadi 3,8 persen.
Andreas mengatakan keputusan Nasdem untuk mengusung Anies sebagai capres telah menggerus basis pendukung, terutama dari kalangan nasionalis. Citra Anies yang lekat dengan politik identitas dinilai berseberangan dengan jargon Nasdem, “restorasi Indonesia”.
“Harapan Nasdem untuk meraih coattail effect dari pencapresan Anies belum terbukti, lebih-lebih mengingat Koalisi Perubahan yang digadang-gadang bersama PKS dan Demokrat tidak kunjung terbentuk,” kata dia.
Artinya, kata dia basis pemilih Anies belum mengalir ke Nasdem, masih tersebar di antara partai-partai yang lain.
“PKS yang sebelumnya identik sebagai pendukung Anies juga masih harus berhitung kemungkinan tergerusnya dukungan ke Nasdem,” ucap Andreas.
Sedangkan, Demokrat juga berharap dapat semakin memperbesar elektabilitas jika berhasil mengusung AHY sebagai cawapres Anies. Dia mengatakan, ketiga partai pendukung Anies saling mengunci, demi menjaga basis dan memperkuat elektabilitas masing-masing.