Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 3.531 bencana alam terjadi sepanjang tahun 2022.
Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Suharyanto di Makassar, Senin, mengatakan jumlah bencana yang terjadi pada 2022 itu memang lebih sedikit dibandingkan 2020 dan 2021 yang mencapai 5.000an bencana, namun dari total kerusakan dan korban terdampak justru lebih besar.
"Kejadian bencana tahun lalu di luar pandemi COVID-19 di atas 5.000. Hanya saja jumlah kerusakan lebih meningkat, termasuk di penghujung tahun terjadi gempa Cianjur ( 21 November 2022) yang jumlah terdampak langsung menanjak," ujarnya pada Rakor Dampak Bencana Hidrometeorologi di Ruang Rapim Kantor Gubernur Sulsel.
Berdasarkan data yang beredar, bencana 2022 didominasi banjir dengan total 1.524 kejadian. Selanjutnya cuaca ekstrem sebanyak 1.061, tanah longsor 634, kebakaran hutan dan lahan 252, gelombang pasang dan abrasi 26, serta sisanya gempa bumi, erupsi gunung api dan kekeringan.
"Untuk tahun 2023 per 9 Januari hari ini saja sudah ada 41 kali terjadi bencana. Adapun yang lumayan besar itu bencana banjir dan cuaca ekstrem," ujarnya.
Ia menjelaskan, posisi Indonesia yang masuk salah satu dari 35 negara paling rawan terjadi bencana membuat setiap daerah harus memberikan kewaspadaan dan upaya penanggulangan bencana.
"Untuk itu, pada hari ini kita sepakat meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian karena kita tinggal di daerah bencana," ujarnya.
Ia mengatakan salah satu yang menonjol kejadian bencana yang menimpa Provinsi Sulawesi Selatan banjir, cuaca ekstrem, tanah longsor dan puting beliung.
"Selain Sulsel, daerah yang menonjol (jumlah kejadian bencana) itu Provinsi Jawa Tengah. Di Jateng juga hampir seluruh kabupaten banjir dan saat ini masih ada beberapa titik yang tergenang," ujarnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BMKG peringatkan potensi hujan lebat di sejumlah wilayah Indonesia