Chicago (ANTARA) - Harga emas naik tajam pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), memperpanjang keuntungan untuk hari ketiga berturut-turut didorong oleh imbal hasil obligasi pemerintah AS yang lebih lemah dan kekhawatiran resesi ekonomi global menjadikan logam kuning ini sebagai tempat investasi yang aman.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, melonjak 19,9 dolar AS atau 1,09 persen menjadi ditutup pada 1.846,10 dolar AS per ounce. Emas mencapai puncak sesi di 1.856,60 dolar AS, yang tertinggi untuk emas Comex sejak 17 Juni, menandai tertinggi dalam 6,5 bulan.
Emas berjangka terdongkrak 0,20 dolar AS atau 0,01 persen menjadi 1.826,20 dolar AS pada Jumat (30/12/2022), setelah terangkat 10,20 dolar AS atau 0,56 persen menjadi 1.826,00 dolar AS pada Kamis (29/12/2022), dan tergelincir 7,30 dolar AS atau 0,40 persen menjadi 1.815,80 dolar AS pada Rabu (28/12/2022).
Bursa Comex ditutup pada Senin (2/1/2023) untuk hari libur Tahun Baru.
Emas menguat setelah Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan tiga pusat pertumbuhan utama dunia - Amerika Serikat, Eropa dan China - semuanya mengalami aktivitas yang lebih lemah ketika tahun 2023 dimulai, meningkatkan pertaruhan untuk perlambatan ekonomi global.
"Emas reli kuat ... dan mengumpulkan momentum," tulis Craig Erlam, analis di platform perdagangan online OANDA, dalam catatan pasar hariannya tentang emas.
“Ini bisa menjadi tahun di mana pertumbuhan global melambat secara signifikan dan para pedagang mempertanyakan apakah kebijakan moneter akan dilonggarkan nanti pada tahun 2023. Bank-bank sentral telah menentang keras gagasan tersebut dan saya membayangkan IMF juga akan melakukannya pada saat ini, tetapi kami bisa melihat pasar bergerak ke arah itu jika data tidak terus menghantui kita."
Emas naik pada Selasa (3/1/2023) meskipun dolar rebound, lebih lanjut menggarisbawahi kekuatan relatif dari logam kuning.