Para akademisi dari berbagai negara berkolaborasi untuk melihat lebih dekat seberapa relevansinya Gerakan Non-Blok (Non-Aligned Movement) untuk menjaga perdamaian dunia saat ini dengan mengikuti Tapak Tilas Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika di Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa.
"Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan Bandung Belgrade Havana in Global History and Perspective bertajuk Whats dreams, what challenge, what projects for a global future," kata salah seorang akademisi yang mengikuti kegiatan itu, Dr. Connie Rahakundini Bakrie.
Connie mengatakan kegiatan tersebut adalah acara yang sangat penting karena kolaborasi para akademisi seluruh dunia yang terlibat dalam Gerakan Non-Blok untuk memperingati kembali revisit nilai-nilai gerakan itu.
Kegiatan di Kota Bandung ini bekerja sama dengan Universitas Padjadjaran (Unpad). Hadir sejumlah peneliti berbagai negara, termasuk Indonesia, secara daring dan luring, seperti Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah dan anggota DPR RI Andreas Hugo Pareira juga hadir di lokasi, termasuk salah satu penggagas kegiatan Prof. Darwis Khudori.
Para peneliti yang diajak dalam program ini, antara lain Annamaria Artner (Hungaria), Connie Rahakundini Bakrie (Indonesia), Isaac Bazie (Burkina Faso), Beatriz Bissio (Brazil), Marzia Casolari (Italia), Gracjan Cimek dan Bruno Drweski (Polandia), Seema Mehra Parihar (India), Jean-Jacques Ngor Sene (Senegal), Istvan Tarrosy (Hungaria), serta Rityusha Mani Tiwary dan Nisar Ul Haq (India).
Connie mengemukakan para akademisi itu masih merasakan bahwa Gerakan Non-Blok relevan dilaksanakan dan gerakan yang digagas Presiden Pertama RI Soekarno masih relevan dilakukan saat ini.
"Misalnya, pernyataan Soekarno pada Konferensi Asia Afrika yang menyatakan bahwa aliansi pertahanan di muka bumi itu harus dihapuskan karena merasa ini akan membuat dunia dalam ancaman. Dan rupanya kata-kata Bung Karno pada 1955 itu terbukti dengan adanya perang Rusia-Ukraina hari ini," kata Connie.
"Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan Bandung Belgrade Havana in Global History and Perspective bertajuk Whats dreams, what challenge, what projects for a global future," kata salah seorang akademisi yang mengikuti kegiatan itu, Dr. Connie Rahakundini Bakrie.
Connie mengatakan kegiatan tersebut adalah acara yang sangat penting karena kolaborasi para akademisi seluruh dunia yang terlibat dalam Gerakan Non-Blok untuk memperingati kembali revisit nilai-nilai gerakan itu.
Kegiatan di Kota Bandung ini bekerja sama dengan Universitas Padjadjaran (Unpad). Hadir sejumlah peneliti berbagai negara, termasuk Indonesia, secara daring dan luring, seperti Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah dan anggota DPR RI Andreas Hugo Pareira juga hadir di lokasi, termasuk salah satu penggagas kegiatan Prof. Darwis Khudori.
Para peneliti yang diajak dalam program ini, antara lain Annamaria Artner (Hungaria), Connie Rahakundini Bakrie (Indonesia), Isaac Bazie (Burkina Faso), Beatriz Bissio (Brazil), Marzia Casolari (Italia), Gracjan Cimek dan Bruno Drweski (Polandia), Seema Mehra Parihar (India), Jean-Jacques Ngor Sene (Senegal), Istvan Tarrosy (Hungaria), serta Rityusha Mani Tiwary dan Nisar Ul Haq (India).
Connie mengemukakan para akademisi itu masih merasakan bahwa Gerakan Non-Blok relevan dilaksanakan dan gerakan yang digagas Presiden Pertama RI Soekarno masih relevan dilakukan saat ini.
"Misalnya, pernyataan Soekarno pada Konferensi Asia Afrika yang menyatakan bahwa aliansi pertahanan di muka bumi itu harus dihapuskan karena merasa ini akan membuat dunia dalam ancaman. Dan rupanya kata-kata Bung Karno pada 1955 itu terbukti dengan adanya perang Rusia-Ukraina hari ini," kata Connie.