Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat delapan orang meninggal dunia akibat bencana hidrometeorologi basah yang terjadi selama sepekan, 24-30 Oktober 2022.
"Selama sepekan terakhir ada delapan orang yang meninggal dunia akibat bencana," ujar Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam Disaster Briefing daring di Jakarta, Senin.
Abdul mengatakan, total 40 orang tercatat meninggal dunia akibat bencana hidrometeorologi basah pada pekan-pekan sebelumnya pada bulan Oktober. Pada pekan pertama tercatat 13 orang meninggal, pekan kedua sebanyak 10 orang, dan pekan ketiga sejumlah tujuh orang.
"Tercatat 67 bencana terjadi di Indonesia selama pekan tersebut. Banjir, cuaca ekstrem, tanah longsor, dan gelombang pasang serta abrasi masih mendominasi dengan jumlah korban terdampak paling tinggi," katanya.
"Kejadian bencana terdapat di 18 provinsi dan 44 kabupaten/kota. Selain korban meninggal dunia, bencana hidrometeorologi basah juga menyebabkan 13.093 rumah terdampak dengan total pengungsi 62 ribu jiwa," katanya.
Distribusi bencana hidrometeorologi basah pada pekan tersebut terjadi di Pulau Jawa, Sulawesi Selatan, dan Sumatera bagian barat dan selatan. "Kejadian bencana yang masih belum surut, rata-rata banjir semuanya sudah surut, kecuali di (Kabupaten) Tanggamus dan Lampung Selatan," ujar Abdul.
Bencana banjir di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, berdampak cukup signifikan mengakibatkan empat korban jiwa, dua di antaranya adalah anak-anak yang terseret arus waktu bermain di tempat terbuka.Sebelumnya dilaporkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam sepekan terakhir mencatat 76 kejadian bencana yang dikategorikan sebagai bencana hidrometeorologi basah di wilayah Indonesia.
"Kalau minggu lalu masih ada kebakaran hutan, gempa bumi, minggu ini 76 kejadian bencana ini semuanya hidrometeorologi basah, banjir, cuaca ekstrem, tanah longsor," kata Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari di Jakarta, Senin, saat menyampaikan penjelasan via virtual mengenai kejadian bencana di wilayah Indonesia.
BNPB mencatat selama 10 sampai 16 Oktober 2022 ada 36 kejadian banjir, 23 fenomena cuaca ekstrem seperti puting beliung dan angin kencang, dan 17 tanah longsor di 56 kabupaten/kota di 21 provinsi di Indonesia.
Menurut data BNPB, 76 bencana yang terjadi dalam periode tersebut menyebabkan 13 orang meninggal dunia dan sepuluh orang terluka/sakit serta berdampak pada sekitar 70.800 warga.
Jumlah korban bencana yang meninggal dunia selama kurun itu lebih banyak dari pekan sebelumnya, ketika jumlah korban jiwa akibat bencana di wilayah Indonesia seluruhnya tercatat 10 orang.
Selama 10 sampai 16 Oktober 2022 tercatat ada delapan orang yang meninggal dunia karena banjir dan lima orang yang meninggal dunia akibat tanah longsor.
Banjir dan tanah longsor yang terjadi selama kurun itu paling banyak menimbulkan korban jiwa di Kota Bogor, Jawa Barat.
Abdul Muhari mengingatkan bahwa Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah menyampaikan peringatan mengenai potensi cuaca ekstrem di hampir seluruh wilayah Indonesia.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah di tingkat provinsi dan kabupaten/kota diminta mewaspadai dampak kondisi cuaca ekstrem, termasuk kemungkinan terjadi banjir dan tanah longsor saat hujan lebat turun.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BNPB: Delapan meninggal akibat bencana hidrometeorologi basah sepekan