ANTARAJAWABARAT.com,19/11 - Ketua Tim Konstruksi Rumah Sakit Indonesia di Palestina Faried Thalib mengatakan ruang bawah tanah atau basement di rumah sakit tersebut tidak didesain sebagai bunker perlindungan.
"Basement itu dibangun atas permintaan Menteri Kesehatan Palestina untuk menyimpan suplai makanan dan obat-obatan bagi rumah sakit," kata Faried Thalib saat jumpa pers di Jakarta, Senin.
Pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Bayt Lahiya, Gaza Utara, Palestina merupakan prakarsa Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) bekerja sama dengan Pemerintah Palestina.
Pada Rabu (14/11), Israel menembakkan roket yang menewaskan seorang pemimpin Hamas. Lokasi ledakan roket itu hanya berjarak 100 meter dari rumah sakit itu.
"Pascakejadian itu, para pekerja warga negara Indonesia relawan MER-C berlindung di dalam basement yang baru selesai 50 persen," katanya.
Faried mengatakan pertempuran antara Palestina-Israel memang tidak pernah menjadikan rumah sakit sebagai sasaran serangan tembak roket atau bom.
Namun, biasanya yang diserang adalah lokasi tempat penyimpanan suplai bahan makanan dan obat-obatan rumah sakit. Karena itu, Menteri Kesehatan Palestina meminta agar di dalam Rumah Sakit Indonesia dibangun basement.
"Karena itu konstruksi dinding basement lebih tebal. Namun, basement itu bukan didesain atau disiapkan sebagai tempat berlindung," tuturnya.
Faried mengatakan, saat ini pembangunan rumah sakit itu baru selesai konstruksinya saja, dan basement sekitar 50 persen. Ditargetkan pada akhir 2013 atau awal 2014 bangunan rumah sakit sudah selesai.
"Kami menargetkan 1,5 tahun lagi baru Rumah Sakit Indonesia bisa difungsikan," jelasnya.
Faried menjelaskan, setelah pembangunan rumah sakit selesai, maka alat-alat kesehatan akan diadakan oleh MER-C dari dana yang diamanatkan kepada lembaga itu.
"Sedangkan tenaga medisnya akan gabungan dari Indonesia dan Palestina," ujarnya. ***1***
antara
BASEMENT RUMAH SAKIT INDONESIA BUKAN BUNKER PERLINDUNGAN
Senin, 19 November 2012 15:45 WIB