Siapa sangka, Jalan Braga pada tahun 1990 hingga 2000-an, tidak seramai saat ini. Kondisi Braga mulai berubah sejak tokoh seniman yakni Ropih Amantubillah atau Abah Ropih yang menjadikan trotoar jalan sebagai area pamer karya lukisan para seniman di tahun 2000.
Gerakan dari Abah Ropih itu kemudian menginspirasi seniman lainnya untuk ikut menunjukkan dan menjual karyanya hingga merambah di sepanjang Jalan Braga.
Saat itu, pameran karya seni yang dilakukan di emperan jalan itu merupakan alternatif. Karena pameran di gedung atau di galeri membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Ketua Dewan Kesenian Kota Bandung Rahmat Jabaril mengatakan para seniman lukis di Braga itu berdampak pada munculnya bentuk ekonomi kreatif lain seperti fotografi dan kuliner.
Dulu, tidak begitu banyak kafe di Braga, paling adanya toko buku. Apalagi kalau ke arah Braga selatan, justru banyak toko yang tutup. Sekarang mulai banyak kafe di daerah sana sejak mulai ramainya lukisan yang dijual di sekitarnya.
Rumah Seni Ropih
Setelah aktivitas seni itu membuat kawasan Braga lebih hidup. Abah Ropih kemudian membuat rumah seni yang dinamakan Rumah Seni Ropih.
Namun di rumah tersebut, Abah Ropih tidak membatasi seni hanya soal lukisan. Abah Ropih juga mengeksplorasi seni lainnya, seperti musik, tradisional, sehingga bisa merangkul semua seniman di Kota Bandung.