"Kok seperti mengganggu kebersihan dan tidak ada yang peduli. Padahal puntung rokok kan sampah. Lalu saya diskusikan sama ayahku, apa bisa diolah. Lalu oleh ayahku, saya disuruh buka internet dan youtube," kata Bhre ketika ditanya dari mana ide mengolah puntung rokok itu.
Dari sinilah kegiatan Bhre yang berhubungan dengan puntung rokok dimulai. Dia mulai mengumpulkan puntung rokok yang berserakan di sekitar kampungnya. Dia tak malu-malu memungut puntung rokok di lapangan, pasar, pinggir jalan hingga di sekitaran warung kopi.
Aktivitas ini dilakukannya sepulang sekolah atau sebelum berangkat sekolah. Hingga dalam sebulan Bhre bisa mengumpulkan 1.300 lebih puntung rokok.
BacaBaca juga: Guru besar FK-UGM bantah klaim merokok bisa cegah COVID-19
Bhre mengaku pernah dianggap anak tidak waras oleh beberapa orang karena memungut dan mengumpulkan puntung rokok.
"Ada juga yang marah-marah, katanya orang tuamu bagaimana kok nyuruh anaknya 'ngothes' (Ngothes adalah kosa kata Surabaya yang berarti memungut puntung rokok). Sejak itu saya dijuluki Bhre Othes," kata dia.