Proses kajian risiko yang dilakukan oleh Prof Emran dan tim melalui beberapa tahapan, yaitu penelusuran literatur independen dan publikasi ilmiah untuk mencari data kualitatif dan kuantitatif terkait berbagai senyawa dalam produk tembakau yang dipanaskan dan standard cigarette sebagai komparator, serta penggolongan karsinogenitasnya dengan merujuk pada IARC.
Lalu tim SF-ITB melakukan pencarian data karakterisasi bahaya untuk senyawa dengan nilai ambang (non-karsinogenik dan karsinogenik non-genotoksik) dan tanpa nilai ambang keamanan (karsinogenik genotoksik), penghitungan kajian paparan dengan kasus skenario terburuk, serta dilanjutkan dengan karakterisasi risiko untuk nonkarsinogenik dan substansi karsinogenik.
"Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa risiko dari produk tembakau yang dipanaskan itu lebih rendah dari rokok konvensional," katanya.
Dorong riset
Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB) juga mendorong riset terkait produk tembakau alternatif yang saat ini banyak ditemui di pasaran.
“Kami mendorong agar semakin banyak riset terkait produk tembakau alternatif yang sudah banyak ragamnya di pasaran. Sayangnya, riset terkait produk tersebut masih sedikit di Tanah Air,” ujar Emran.
Menurut dia, perlu dukungan baik dari para peneliti dan akademisi maupun organisasi untuk memperkaya kajian ilmiah tentang produk tembakau alternatif. Hasil penelitian tersebut, dapat digunakan sebagai materi pengayaan naskah akademik, peneliti lain, masyarakat hingga pengambil kebijakan.