Minyak naik tipis di Asia karena rencana OPEC+ mengecewakan
Jumat, 3 Juni 2022 16:33 WIB
Produksi Rusia telah turun satu juta barel per hari sejak invasinya ke Ukraina, yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus", dan kemungkinan akan turun lebih jauh ketika larangan Uni Eropa terhadap minyak Rusia dimulai, kata analis ANZ.
"Dengan kata lain, para pedagang berpikir peningkatan tambahan terlalu kecil dibandingkan dengan meningkatnya risiko pasokan turun dari embargo Uni Eropa di tengah perkiraan peningkatan permintaan dari China," kata Managing Partner SPI Asset Management, Stephen Innes.
Dengan penurunan kasus COVID-19 setiap hari, pusat keuangan China Shanghai dan ibu kota Beijing, telah melonggarkan pembatasan COVID-19 minggu ini. Pemerintah pusat China menjanjikan dukungan luas untuk merangsang ekonomi negara itu, yang diharapkan menargetkan sektor-sektor dengan intensitas bahan bakar tinggi seperti infrastruktur dan konstruksi properti.
Namun para analis memperingatkan tentang risiko penurunan permintaan dan harga minyak, karena Beijing tidak mengubah sikapnya terhadap aturan COVID-19.
Baca juga: Harga minyak naik dipicu turunnya stok AS abaikan kesepakatan produksi OPEC+
"Pembukaan kembali China dari penguncian COVID positif untuk permintaan untuk saat ini tetapi negara itu mempertahankan kebijakan nol-COVID sehingga penguncian cepat dapat dengan cepat mengikis dampak ini," kata analis dari National Australia Bank dalam sebuah catatan.
Meskipun harga minyak Brent berada di jalur untuk jatuh minggu ini, WTI berada di jalur untuk kenaikan mingguan keenam karena pasokan AS terlihat sangat ketat, mendorong pembicaraan tentang pembatasan ekspor bahan bakar atau windfall profits tax (pajak rezeki nomplok/keuntungan tak terduga) pada produsen minyak dan gas.
Data pemerintah pada Kamis (2/6/2022) menunjukkan stok minyak mentah AS turun jauh lebih dari yang diharapkan dalam seminggu hingga 27 Mei dan persediaan bensin turun, menentang ekspektasi untuk peningkatan.