Jakarta (ANTARA) - Semua pabrikan besar otomotif dunia mulai menggenjot produksi serta pemasaran mobil listrik, dan rasanya kebanyakan konsumen juga menginginkannya, cuma harga yang masih mahal dibanding mobil konvensional membuat konsumen berpikir dua kali untuk membeli.
Belum lagi persoalan masih minimnya infrastruktur pendukung, utamanya pengisian daya listrik umum, di jalur-jalur utama. Sejauh ini baru ada beberapa di DKI Jakarta dan sekitarnya, padahal ini perlu ada di seluruh wilayah Indonesia.
Mengesampingkan dulu soal kesiapan infrastruktur, hal lain yang perlu masyarakat ketahui saat ini, salah satunya adalah "mengapa mobil listrik mahal?" Apa yang membuat mobil listrik lebih mahal dibanding kendaraan bermesin pembakaran konvensional?
Menurut studi Financial Times, mobil listrik akan "jauh lebih mahal" bagi pembuat mobil Eropa untuk memproduksinya ketimbang model pembakaran internal sampai setidaknya satu dekade (10 tahun) ke depan.
Meskipun total biaya produksi mobil listrik kompak akan turun lebih dari seperlima pada 2030 menjadi 16.000 euro (Rp254 juta), itu masih 9 persen lebih tinggi daripada mobil bensin atau diesel yang sebanding (di kelasnya), menurut data yang dikumpulkan Oliver Wyman untuk Financial Times.
Biaya pembuatan mobil pembakaran internal diperkirakan tidak akan turun banyak, tetapi mobil itu sendiri semakin mahal karena pembeli menuntut "interior mewah dan bahan yang bersumber lebih berkelanjutan" atau ramah lingkungan, kata para pengamat.
Mobil listrik memang pada saatnya akan mencapai paritas harga dengan model pembakaran internal, hanya saja tidak segera, menurut penelitian tersebut.