Chicago (ANTARA) - Harga emas melemah dan mencatat minggu terburuk dalam hampir empat bulan pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah permintaan untuk logam safe-haven terpukul oleh harapan kemajuan dalam pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina serta dampak dari kenaikan suku bunga AS.
Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman April di Divisi Comex New York Exchange, jatuh 13,9 dolar AS atau 0,72 persen menjadi ditutup pada 1.929,30 dolar AS per ounce. Untuk minggu ini, kontrak berjangka harga emas kehilangan 2,8 persen, penurunan mingguan terbesar sejak November tahun lalu.
Baca juga: Harga emas stabil di Asia, tapi bersiap untuk minggu terburuk sejak Januari
Sehari sebelumnya, Kamis (17/3/2022) harga emas berjangka melonjak 34 dolar AS atau 1,78 persen menjadi 1.943,20 dolar AS, setelah tergelincir 20,5 dolar AS atau 1,06 persen menjadi 1.909,20 dolar AS pada Rabu (16/3/2022), dan anjlok 31,1 dolar AS atau 1,59 persen menjadi 1.929,70 dolar AS pada Selasa (15/3/2022).
Dolar melonjak terhadap para pesaingnya, membuat harga emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Dolar menguat karena Amerika Serikat dan Inggris telah memulai rezim baru dengan suku bunga yang lebih tinggi.
Federal Reserve (Fed) memimpin pada Rabu (16/3/2022) dalam menaikkan suku bunga acuan seperempat poin persentase menjadi antara 0,25 persen dan 0,5 persen serta menyusun rencana untuk kenaikan berkelanjutan dalam kebijakan suku bunganya.
Suku bunga yang lebih tinggi cenderung meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak membayar bunga.
"Kami telah melihat momentum yang didorong oleh invasi dan kemarahan spekulatif (untuk emas) secara besar-besaran mendingin selama 10 hari terakhir," kata Kepala Strategi Pasar Capital.com, David Jones.
Harga emas berjangka jatuh 13,9 dolar, catat minggu terburuk sejak November
Sabtu, 19 Maret 2022 13:03 WIB