Namun menariknya, responden laki-laki bersedia mengeluarkan anggaran yang lebih besar dibandingkan perempuan dengan 19 persen laki-laki bersedia mengalokasikan lebih dari Rp 1.000.000, sementara hanya 12 persen perempuan yang bersedia mengeluarkan anggaran lebih dari Rp 1.000.000 untuk berbelanja barang-barang fesyen.
Timothy berharap survei ini dapat memberikan insights kepada para pelaku industri fesyen, baik UMKM maupun brand, untuk mempersiapkan strategi bisnis dan pengembangan produk mereka tahun ini.
Survei menunjukkan, sekitar 56 persen responden memiliki frekuensi berbelanja di UMKM sama dengan brand fesyen ternama, dan 50 persen responden menyatakan memiliki anggaran yang sama ketika mereka berbelanja di UMKM maupun brand.
"Hal tersebut menunjukkan UMKM memiliki peluang besar untuk terus bertumbuh sebagai penggerak roda ekonomi Indonesia tahun 2022,” menambahkan," demikian ujar Timothy.
Baca juga: Tren fesyen baju muslim mendunia, mitra binaan Pertamina raih omzet ratusan juta