Dengan komunitas robotik yang dibentuk alumni UI beberapa tahun lalu, kami merasa ini adalah tempat yang tepat bagi kami untuk mengembangkan keterampilan kami di bidang yang kami minati. Selain itu, industri UAV masih memiliki ruang pengembangan dan potensi yang besar. Bidang ini memberikan peluang yang luas bagi kami untuk menghadirkan terobosan-terobosan teknologi baru yang dapat membantu masyarakat Indonesia secara luas,” ujarnya.
Baca juga: Mahasiswa UI rancang piranti lunak tingkatkan produktivitas pertanian
Saat kompetisi UAV Teknofest Internasional diadakan, mereka mengikuti kompetisi tersebut. Teknofest adalah salah satu kompetisi UAV terbesar di dunia, sekaligus festival penerbangan, kedirgantaraan, dan teknologi pertama serta satu-satunya di Turki.
Pada gelarannya di 2021, Teknofest membuka lebih dari 30 kategori, termasuk transportasi pintar, kecerdasan buatan dalam bidang kesehatan, serta UAV. Kompetisi di kategori UAV dibagi lagi menjadi dua divisi: sayap tetap (fixed wing) dan sayap putar (rotary wing).
UAV sayap tetap mengacu pada pesawat tanpa awak dengan sayap yang tidak bergerak, seperti pada pesawat biasa. Sementara UAV sayap putar menggunakan bilah berputar yang biasanya digunakan untuk helikopter.
“Kami mengikuti divisi sayap tetap dan kompetisinya dibagi menjadi tiga tahap. Yang pertama adalah evaluasi desain konseptual dan yang kedua adalah ketika kami harus menyerahkan laporan desain rinci serta video penerbangan. Dua tahap pertama dilakukan di negara asal, dan kami mencatatkan hasil yang luar biasa. Berkat itu, kami melangkah ke tahap terakhir: minggu kompetisi pada 13-18 September 2021 di Bursa, Turki,” kata Luthfi.