ANTARAJAWABARAT.com,3/10 - Tiga Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Jawa Barat pada saat ini diprioritaskan hanya untuk memasok listrik pada saat beban puncak.
"Debit air di aliran Sungai Citarum menurun, sehingga pasokan ke Bendungan Saguling kurang maksimal, begitu juga untuk Cirata dan Jatiluhur. Pembangkit di bendungan itu dioperasikan khusus untuk memback up saat beban puncak," kata Direktur Produksi PT Indonesia Power Mustiko Bawono di Bandung, Senin.
Sementara itu elevasi atau debit air di Bandungan Saguling saat ini 631,06 meter dari permukaan laut. Menurut Mustiko elevasi air itu masih dalam batas aman untuk berproduksi karena masih di atas batas minimal 623,05 mdpl.
Operasional pembangkit Saguling dioperasikan mulai pukul 17.00 WIB hingga malam hari dengan memaksimalkan dua pembangkit dari empat pembangkit yang ada di PLTA Saguling.
"Yang dioperasikan dua unit pembangkit, masing-masing 175 MW. Pada saat kemarau ini penggunaan air dihemat agar tetap pada posisi di atas batas minimal," kata Mustiko.
Sementara itu siang hari tidak dioperasikan dan digunakan untuk menampung debit air di bendungan itu. Sehingga menurut Mustiko, pasokan untuk sistem Jawa Bali memaksimalkan dari PLTU.
"Pada musim penghujan memang pasokan dari PLTA dimaksimalkan karena biayanya murah, empat pembangkit biasanya dioperasikan semua, namun kini paling dua pembangkit," katanya.
Meski demikian, tidak berpengaruh terhadap ketersediaan listrik interkoneksi Jawa Bali yang saat ini sangat mencukupi menyusul pasokan normal dari sejumlah pembangkit lainnya.
Mustiko menyebutkan, upaya rekayasa hujan atau hujan buatan dilakukan di awal musim kemarau beberapa waktu lalu namun tidak begitu signifikan. Ia berharap musim hujan segera tiba sehingga pasokan air bisa kembali normal.
"Hujan memang sudah ada namun belum berpengaruh signifikan bagi penambahan debit air Bendungan Saguling," katanya.
Sementara itu berdasarkan pantauan di Bendungan Saguling di Desa Saguling, Kabupaten Bandung Barat, debit air bendungan itu sangat rendah, di bawah pintu air pertama di pintu pembuangan air di sana.
Namun demikian pasokan ke saluran air untuk menggerakan turbin PLTA itu masih mencukupi.
"Selama masih di atas 623 mdpl, masih bisa memproduksi, selama ini belum pernah dibawah ketinggian itu. Bila air sudah sampai di angka itu jelas tidak bisa produksi karena menghindari kapitasi atau adanya gelembung air yang bisa berpotensi membobol saluran atau pipa," kata Direktur Produksi PT Indonesia Power itu menambahkan. ***4***
(S033)
Syarif A
PLTA PRIORITAS PASOK LISTRIK SAAT BEBAN PUNCAK
Senin, 3 Oktober 2011 15:36 WIB