Jakarta (ANTARA) - Informasi terkait kontribusi sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) yang mencapai Rp141 triliun pada paruh pertama tahun ini menjadi berita terpopuler di kanal ekonomi Antaranews.com sepanjang Senin kemarin (28/9/2021).
Selain itu, ada beberapa informasi lain yang juga menarik untuk dibaca kembali mulai dari penguatan mata uang dolar AS, kenaikan harga minyak lima hari berturut-turut, pemerintah tegaskan utang bukan musuh, hingga Bank Dunia proyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Berikut berita populer ekonomi selengkapnya:
Kontribusi ESDM capai Rp141 triliun
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan kontribusi sektor ESDM terhadap penerimaan negara hingga Juli 2021 menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun 2020.
Baca selengkapnya di sini.
Dolar menguat
Dolar AS menguat untuk sesi kedua berturut-turut pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), didukung oleh kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS menjelang sejumlah pembicara Federal Reserve minggu ini yang dapat menegaskan ekspektasi dimulainya pengurangan pembelian aset sebelum akhir tahun.
Baca selengkapnya di sini.
Harga minyak naik lima hari beruntun
Harga minyak naik untuk hari kelima berturut-turut pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), dengan Brent berada di level tertinggi sejak Oktober 2018 dan menuju 80 dolar AS per barel, karena investor khawatir tentang pasokan yang lebih ketat di tengah meningkatnya permintaan di beberapa bagian dunia.
Baca selengkapnya di sini.
Sri Mulyani tegaskan utang bukan musuh
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menegaskan utang bukanlah sesuatu yang harus dimusuhi, melainkan harus didudukkan sebagai sebuah instrumen kebijakan yang tetap dikelola pemerintah dengan sangat hati-hati dan bertanggung jawab.
Baca selengkapnya di sini.
Bank Dunia proyeksikan ekonomi RI 2021 tumbuh 3,7 persen
Bank Dunia memproyeksikan ekonomi Indonesia tahun ini akan tumbuh 3,7 persen atau lebih rendah dari prediksi yang dilakukan pada April lalu, yaitu 4,4 persen akibat kenaikan kasus COVID-19 terutama varian Delta.
Baca selengkapnya di sini.