Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat selama Agustus 2021 telah terjadi 807 kali gempa bumi tektonik di wilayah Indonesia.
"Selama Agustus didominasi gempa dengan magnitudo kecil atau di bawah lima sebanyak 781 kali, sedangkan gempa signifikan magnitudo di atas lima terjadi 26 kali," kata Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Selasa.
Selain itu, sepanjang Agustus gempa yang guncangannya dirasakan masyarakat sebanyak 67 kali dan tercatat tiga gempa yang merusak.
Ketiga gempa merusak tersebut, yaitu Gempa Tanggamus, Lampung dengan magnitudo 5,3 pada 6 Agustus 2021 dipicu aktivitas subduksi lempeng. Gempa menyebabkan kerusakan ringan pada bangunan rumah di Kota Agung berupa dinding bangunan yang retak-retak.
Kemudian Gempa Padang Lawas Utara, Sumatera Utara bermagnitudo 5,2 pada 11 Agustus 2021 merusak beberapa rumah, dipicu sesar aktif, yaitu Sesar Besar Sumatera (The Great Sumatra Fault Zone) tepatnya pada Segmen Toru.
Gempa ini menimbulkan kerusakan ringan, yakni retak-retak pada dinding, seperti yang terjadi di Kompleks Perumahan Bandara Aek Godang dan bangunan Pondok Pesantren Nurul Falah, Panompuan.
Selanjutnya Gempa Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah magnitudo 5,8 pada 26 Agustus 2021 merusak beberapa rumah, dipicu sesar aktif yang belum terpetakan. Gempa menimbulkan kerusakan ringan pada beberapa rumah warga.
Daryono menjelaskan selama Agustus zona gempa aktif terjadi di wilayah Aceh-Simeulue, sebelah barat Sumatera Utara, sebelah barat Bengkulu-Lampung, Selat Sunda, Selatan Pulau Jawa, NTB-Sumba, Sulawesi Tengah (Sigi dan Tojo Unauna), Sulawesi Selatan (Morowali), Laut Maluku, Ambon-Seram, dan Papua bagian utara.
"Klaster aktif ini ada yang dapat berlanjut ke bulan September 2021, tetapi ada juga klaster yang berakhir tanpa terjadi gempa signifikan," katanya.
Baca juga: Waspada rentetan gempa terjadi di busur Jawa dalam empat hari terakhir
Baca juga: Gempa Pacitan Selasa malam dekat sumber gempa besar tahun 1937
Baca juga: Gempa magnitudo 5,3 di Yogyakarta bukan "megathrust"