Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Miftachul Akhyar mengingatkan bahwa jajarannya mesti menjadi teladan bagi umat serta dapat berkontribusi dalam meluruskan kembali arah perjalanan bangsa ke depan.
"Para pimpinan MUI dituntut selalu menjadi teladan bagi umat dan bangsa. Baik teladan dalam mengelola perbedaan di internal organisasi maupun teladan dalam mengutamakan kemaslahatan bersama di atas kepentingan pribadi," ujar Miftachul saat memberikan arahan dalam Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) yang dipantau secara virtual di Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan ada sejumlah tantangan yang mesti dihadapi MUI seperti potensi disintegrasi atau hilangnya kesatuan dan polarisasi yang menggerogoti anak bangsa. Maka dari itu, semua pimpinan MUI di setiap tingkatan mesti berkontribusi dalam meluruskan kembali arah bangsa.
Menurutnya, mengarusutamakan Islam Wasathiyah di Indonesia masih relevan untuk disampaikan kepada umat Islam agar dapat dipahami.
Pemaknaan Wasathiyah dapat dipadukan bahwa keseimbangan antara keyakinan yang kokoh dengan toleransi yang di dalamnya terdapat nilai-nilai Islam yang dibangun atas dasar pola pikir yang lurus dan pertengahan serta tidak berlebihan dalam hal tertentu.
"Hal ini dianggap penting seiring dengan adanya indikasi menguatnya radikalisme di masyarakat baik radikalisme kiri sebagai gerakan liberalisme, pluralisme, dan sekularisme di dalam agama," kata dia.
Ia juga mengingatkan bahwa ulama ke depan bakal menghadapi berbagai tantangan seperti adu domba dan fitnah. Seiring dengan perubahan dan perkembangan masyarakat, pergerseran posisi dan peran ulama semakin kompleks.
"Ditambah banyak masyarakat yang mengalami krisis moral, krisis multi dimensional, krisis politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Hal ini menunjukkan bahwa tantangan ulama semakin berat," kata dia.
Ada sejumlah peran dan fungsi ulama yang mesti dilakukan di tengah-tengah masyarakat yakni integritas, karya, dan kontribusi. Integritas yang dimaksud yakni ilmu kepemimpinan serta keberhasilan dalam bidang yang digeluti.
"Pertama itu integritasnya bisa dilihat dalam ilmu kepemimpinannya, keberhasilannya dalam bidang yang digeluti menjadi kekhasan dibanding segenerasinya dan juga bisa dilihat dari sudut integritas perilaku dan moralitas," kata dia.
Kemudian, ulama mesti menghasilkan karya-karya baik karya fisik maupun nonfisik yang bermanfaat bagi masyarakat atau pemberdayaan manusia. Terakhir yakni kontribusi yang terlihat dari keikutsertaannya secara nyata dalam masyarakat baik dalam bentuk pikiran dan sebagainya.
"Besar tantangan ke depan. Sejatinya juga mendorong MUI untuk terus memperkuat sendi-sendi organisasi dengan demikian keberadaan MUI sebagai tenda atau rumah besar umat akan terus berperan dalam melindungi agama dan menjaga keadilan negara," kata dia.
Baca juga: Cermat sebelum berinfak, hindari kotak amal teroris
Baca juga: MUI: Maknai kemerdekaan RI dengan memberikan solusi di setiap masalah bangsa