Jakarta (ANTARA) - Proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung berkapasitas 145 megawatt di Waduk Cirata, Jawa Barat, kini telah memasuki tahap pemenuhan pembiayaan atau financial close dari lembaga keuangan.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan financial close merupakan tahapan penting yang menandakan bahwa kebutuhan terkait pendanaan proyek telah mendapat dukungan dari perbankan internasional.
"Dengan diperolehnya dukungan pendanaan atas proyek ini, maka tahapan konstruksi proyek akan dapat segera kami mulai," katanya di Jakarta, Selasa.
PLTS Apung Cirata memiliki nilai investasi sekitar 129 juta dolar AS dan ada tiga lembaga keuangan internasional yang akan memberikan dukungan pendanaan yakni Sumitomo Mitusi Banking Corp, Societe Generale, dan Standard Charter Bank.
PLTS Terapung Cirata merupakan satu dari 11 kesepakatan bisnis yang dipertukarkan di hadapan Presiden Joko Widodo dan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan di Abu Dhabi pada Januari 2020.
Proyek itu dikembangkan secara patungan oleh anak perusahaan PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB), PT Pembangkitan Jawa Bali Investasi (PJBI), dan anak usaha Mubadala Investment Company, Masdar, yang merupakan perusahaan energi baru dan terbarukan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA).
Kedua perusahaan itu membentuk perusahaan pengembangan bernama PT Pembangkitan Jawa Bali Masdar Solar Energy (PMSE). PJBI menguasai 51 persen saham dan Masdar menguasai 49 persen dengan skema power purchase agreement selama 25 tahun.
"Kehadiran PLTS terapung Cirata 145 megawatt ini akan menjadi revolusi pengembangan energi baru terbarukan di dalam negeri mengingat pembangkit ini akan mengimbangi 214 ribu ton emisi karbondioksida," ujar Zulkifli.
Sementara itu Direktur Utama PJB Gong Matua Hasibuan mengatakan proyek PLTS terapung nantinya akan menempati lahan seluas 250 hektare atau setara tiga persen dari luas total Waduk Cirata.
PLTS terapung itu diprediksikan mampu menghasilkan 245 gigawatt per tahun yang dapat menerangi sekitar 50.000 rumah. Tarif listriknya terbilang rendah hanya 5,81 sen per Kwh.
"Tanggal 2 Agustus 2021, kami telah mencapai titik kritis berupa financial close di mana lander kami telah mengonfirmasi bahwa semua syarat telah terpenuhi untuk dapat mendanai proyek ini," ungkap Gong.
Dia menambahkan pihaknya akan mengawal proses konstruksi PLTS itu secara baik agar mencapai target beroperasi secara komersil pada November 2022.
Tenaga listrik yang dihasilkan dari PLTS Terapung Cirata nantinya akan disalurkan melalui jaringan transmisi 150 KV sepanjang 3,2 kilometer dengan 11 menara yang dihubungkan ke jaringan transmisi sistem Jawa, Madura, Bali di gardu induk Cirata.
Baca juga: Pertamina targetkan pasang PLTS berkapasitas 500 MW hingga akhir tahun ini
Baca juga: AESI: Harga rokok lebih mahal ketimbang cicilan panel surya atap