Sumedang, 15/10 (ANTARA) - Dibutuhkan kurikulum pengayaan, di sekolah yang menyediakan fasilitas bagi anak cerdas istimewa dan bakat istimewa (CIBI), kata Dr Evy Tjahjono, pakar Pembelajaran CIBI, Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya.
Ditemui disela-sela acara rapat kerja pengembangan pendidikan dan keberbakatan bagi anak Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa (CIBI) di Sumedang, Jumat, dia mengatakan, yang sedang dikembangkan saat ini adalah kurikulum pengayaan, bagi penanganan anak yang
masuk dalam CIBI.
Kurikulum pengayaan, menurut Evy, termasuk hal baru, dan diperlukan langkah untuk mensosialisasikannya. Dalam kurikulum pengayaan, selain materi lebih diperbanyak juga lebih mengutamakan proses keterampilan, berpikir kritis dan menganalisa.
Menurut dia, saat ini telah terjadi salah kaprah dalam penanganan anak yang masuk dalam CIBI. Karena ketidak mengertian guru, akhirnya mengabaikan proses, dan menjejali murid dengan tugas yang lebih.
"Dalam penanganan anak CIBI, dilakukan pendekatan proses pembelajaran, serta bagaimana cara mengembangkan dan merangsang mereka," jelasnya.
Untuk itu, kata Evy, para pengajar atau guru pun dituntut untuk memiki kriteria, paling tidak punya kecerdasan sama dengan murid CIBI, pleksibel, kreatif, menguasai bidang, dan kaya inovasi dalam proses mengajar.
Para murid CIBI memiliki kemampuan intelektual yang tinggi, dengan tingkat kecerdasan IQ di atas 130.
"Anak yang begini punya karakteristik spesifik belajar dan kepribadian. Mereka mempunyai konsentransi belajar cepat, logika, analistis dan daya cipta yang kuat," kata Evy. ***3***