Bengaluru, India (ANTARA) - Harga emas bertahan di atas level psikologis 1.900 dolar AS di perdagangan Asia pada Senin pagi, memperpanjang kenaikan akhir pekan lalu setelah harga-harga konsumen AS untuk April naik lebih besar daripada yang diperkirakan sehingga mendukung daya tarik emas sebagai lindung terhadap nilai inflasi.
Di pasar spot, emas stabil diperdagangkan di 1.903,25 dolar AS per ounce pada pukul 00.36 GMT. Sementara itu, emas berjangka AS naik tipis 0,1 persen menjadi diperdagangkan pada 1.907 dolar AS per ounce.
Akhir pekan lalu, kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange, terangkat 6,8 dolar AS atau 0,36 persen menjadi ditutup pada 1.905,30 dolar AS per ounce.
Harga-harga konsumen AS melonjak pada April, dengan ukuran inflasi yang mendasari melampaui target 2,0 persen Federal Reserve dan membukukan kenaikan tahunan terbesar sejak 1992, memberikan dukungan terhadap emas.
Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun turun menjadi 1,593 persen, mengurangi peluang kerugian memegang emas yang tanpa suku bunga.
Gedung Putih pada Jumat (28/5/2021) mengirim Kongres rencana anggaran 6,0 triliun dolar AS yang akan meningkatkan pengeluaran untuk infrastruktur, pendidikan dan memerangi perubahan iklim.
Di sisi lain, saham-saham Asia sedikit lebih tinggi pada awal perdagangan Senin pagi, berpeluang memperpanjang reli baru-baru ini ke minggu ketiga jika angka pekerjaan AS menunjukkan kebangkitan yang diharapkan dalam perekrutan untuk Mei dan menjaga pemulihan global tetap pada jalurnya.
Permintaan emas fisik di konsumen emas terbesar kedua India minggu lalu diabaikan, dengan sebagian besar toko perhiasan masih ditutup oleh penutupan COVID-19, memaksa para dealer untuk menawarkan dengan diskon besar.
Baca juga: Emas rebut kembali level 1.900 dolar usai data ekonomi AS suram
Baca juga: Aksi ambil untung, harga emas jatuh 3,5 dolar di bawah level 1.900 dolar
Baca juga: Harga emas naik 3,2 dolar, tembus 1.900 dolar didukung sikap "dovish" Fed
Harga emas di Asia di atas 1.900 dolar setelah inflasi AS angkat daya tarik
Senin, 31 Mei 2021 9:29 WIB