Cimahi, 17/9 (ANTARA) - Warga yang tinggal di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah mayoritas pada umumnya menyambut baik wacana Pemkot Cimahi, Jawa Barat, yang akan kembali mengaktifkan kembali TPA Leuwigajah.
Karena mayoritas warga setempat menggantungkan kehidupannya dari menjual berbagai hal yang bernilai ekonomis dari sampah yang ada di TPA Leuwigajah tersebut, kata Yana Suryana warga Kampung Pojok Desa / Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jumat.
Dia mengatakan, dirinya sangat setuju dengan akan kembali dioperasikannya TPA Leuwigajah meski lima tahun sebelumnya enam orang keluarga tercintanya menjadi korban longsornya gunungan sampah yang biasa menjadi tempat mencari nafkah warga setempat.
"Saya yakin akan banyak warga yang setuju dengan dibukanya kembali Leuwigajah. Yang tidak setuju itu, jumlahnya bisa dihitung dengan jari salah satunya adalah kepala adat Kampung Cireundeu Asep Abbas. Tapi, mereka yang tidak setuju juga pada akhirnya akan menyatakan setuju kalau sudah diberi uang kompensasi," kata Yana.
Dikatakan Yana, selain alasan ekonomis, dirinya pun menyaratkan kepada Pemkot Cimahi untuk benar-benar profesional dalam mengelola sampah di TPA tersebut sehingga tidak kembali menelan korban jiwa. "Semua orang pasti tidak akan ada yang mau mendapatkan musibah untuk kedua kalinya. Makanya, kita minta kepada Pemkot Cimahi untuk membenahi dan menciptakan sistem pengeolahan sampah yang aman dan bermanfaat bagi semua warga," tandasnya.
Hal yang samapun disampaikan oleh Ekek Zakaria warga kapung Cibungur. Menurutnya, meski sudah lama TPA Leuwigajah tidak difungsikan, akan tetapi ratusan warga setempat masih tetap mendapatkan berkah dari keberadaan sampah yang ada di TPA tersebut. Dirinya sehari-hari bersama warga lainnya bisa mendapatkan uang minimal Rp 50 ribu dari hasil penjualan pupuk organik dan pemilahan sampah yang bernilai ekonomis.
"Makanya, saya setuju kalau TPA ini akan kembali diaktifkan. Selain menguntungkan bagi warga kecil seperti kami, Selain itu, kami pun merasa mubazir kalau luas tanah 60 hektar yang ada di TPA Leuwigajah ini tidak difungsikan sama sekali," imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Adat Asep Abbas Kampung Cireundeu berpendapat jika dirinya memang menolak pembukaan kembali TPA Leuwigajah. Bahkan dirinya mengklaim telah mengantongi puluhan tanda tangan warga yang menolak pembukaan kembali TPA Leuwigajah.
"Saya kira tidak akan mendatangkan manfaat banyak kalau TPA Leuwigajah dibuka kembali," tandasnya.
Sebelumnya, tragedi yang menelan ratusan korban di TPA Leuwigajah terjadi pada 21 Februari 2005 itu menjadi hari paling kelabu bagi warga Kampung Cilimus Desa Batujajar Timur, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat.
Bahkan mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup Rakhmat Witoelar menyatakan jika bencana terjadi ketika puluhan ton sampah menggulung puluhan rumah di dekat TPA Leuwigajah hingga sejauh satu kilometer lebih.
"Tragedi itu sedikitnya menelan korban 143 jiwa, puluhan luka-luka, dan ratusan orang kehilangan tempat tinggal," kata Rakhmat Witoelar. ***3***
(U.pso-215/B/Y008/Y008) 17-09-2010 14:12:51